Minggu, 19 Juni 2011

nikmatnya tubuh mamaku part 03

hal itu aku semakin bersemangat. Dan akhirnya. Crott.. croott.. croott.. Akhirnya aku keluar juga, dibarengi dengan orgasme kakakku untuk yang ketiga kalinya. Tak kusadari ada seseorang yang berdiri disampingku. Ternyata itu Mama, entah sejak kapan Mama berada di situ, yang jelas Mama kini dalam keadaan telanjang bulat. “Begitu ya ternyata kalian. Kalo maen ga mau ajak-ajak Mama. Awas ya nanti kupotong uang jajan kalian.” kata Mamaku bercanda. Kucopot penisku keluar dari vagina Mbak Ani. Kulihat penisku mulai mengecil. Melihat hal itu Mama segera jongkok tepat di penisku. Diraihnya penisku dan mulai dikocok penisku di dalam mulutnya. Kuakui Mamaku ini sangat pandai dalam permainan oral sex. Tak berapa lama penisku mulai tegang kembali. Diarahkannya penisku ke arah kemaluannya. Dengan sekali dorong penisku masuk semua ke dalam vagina Mama yang sudah basah. Perlahan-lahan digoyangkannya pinggulnya. Semakin lama semakin menggila. Mamaku berteriak-teriak sambil terus mengocok penisku. “Aahh.. sakit.. apa yang kamu lakukan Ani?” Ternyata tanpa sepengatauan Mama, Mbak Ani memasukkan jemari tangannya ke dalam lubang anusnya. Mendapat perlakuan seperti itu Mama akhirnya sampai juga. “Ton.. Ani.. Mama mau sampai nih.. ahh..” Seerr.. kurasakan vagina Mama banjir seketika. Banyak juga cairan yang keluar. Seperti tidak mau kehilangan air mani Mama, Mbak Ani menjilat-jilat vagina Mama dengan penisku yang masih tertancap di dalamnya. Karena posisi Mbak Anis berlawanan denganku, vaginanya tepat di wajahku. Tak kusia-siakan keadaan ini. Ku oral vagina kakakku, kugigit dan kutarik-tarik klitorisnya yang sebesar kacang itu. Mendapat perlakuan seperti itu Mbak Ani semakin menggila menjilati vagina Mama dan penisku. Bahkan dengan gemasnya, klitoris Mamapun digigit oleh Mbak Ani. Mamakupun menjerit menjadi-jadi. Gairah Mamapun bangkit kembali. Penisku yang masih tertanam di vagina Mama dikocok lagi. Mbak Ani juga ikut mengocok penisku yang tidak semuanya dapat masuk ke dalam vagina Mama, dengan tetap menjilat-jilat vagina Mama dan penisku. Akhirnya kami bertiga orgasme bersamaan. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, mereka bersandar di bahuku. Sambil menikmati panasnya sinar matahari, kami berbaring di taman. Setelah puas menikmati teriknya sinar matahari, Mamapun berdiri dan masuk ke dalam rumah dengan keadaan tubuh masih telanjang bulat, disusul kemudian dengan Mbak Ani. Merasa ditinggal sendirian akupun juga ikut masuk ke dalam rumah setelah memakai CD-ku kembali yang ada di kolam. Hari itu badanku terasa pegal-pegal semua. Aku semalam tadi habis lembur mengerjai Mama dan Mbak Ani. Kucoba kurebahkan diriku di kasur mencoba untuk tidur. Tapi karena kecapekan badanku terasa makin sakit. Akhirnya kuputuskan untuk memenggil Bik Suti untuk memijat diriku. “Bik, bisa minta tolong ga?” kataku di balik pintu kamar Bi Suti. “Oh, Den Hendra. Ada perlu apa, Den?” “Bik, tolong pijitin aku yah, badanku pegal semua nih.” “Iya, Den.” Tanpa banyak bicara, segera saja kutarik tangan Bik Suti menuju ke kamarku. Begitu sampai di kamar, pintu segera kukunci rapat-rapat tanpa sepengetahuannya. Segera kurebahkan tubuhku di atas kasurku yang empuk itu. “Bik, kok bengong aja. Cepetan dipijitin dong, udah capek banget nih.” Bik Sutipun memposisikan dirinya disampingku. Diarahkan tangannya ke leherku. Dengan lembut dia memijit leherku dan juga bahuku. Akupun akhirnya terangsang juga dengan pijatan-pijatan Bik Suti. Kurasakan penisku terjepit, karena saat itu aku sedang tengkurap. Pijatan-pijatan Bik Suti kemudian turun ke punggungku dan ke pantatku. Ku merasa keenakan karena pantatku dipijat seperti itu. Peniskupun menjadi semakin sakit karena terjepit. Kusuruh Bik Suti untuk berhenti dan kemudian kulepas semua pakaian yang melekat hingga akhirnya aku telanjang bulat. Kulihat wajah Bik Suti memerah melihat penisku yang sudah dalam ukuran sempurna itu. Kubaringkan tubuhku lagi, dengan posisi terlentang penisku terlihat jelas di mata Bik Suti. Dengan malu-malu mata Bik Suti melirik kemaluanku. “Den, penisnya biar Bibik pijat juga yah. Pasti penis Den Hendra kecapekan, kan tiap hari dipake terus.” “Lho, kok Bik Suti bisa tahu?” “Iya, Den. Habis tiap malam Bibik ga bisa tidur mendengar suara Nyonya sama Mbak Ani yang lagi maen ama Den Hendra. Rame banget sih suaranya.” “Bik Suti mau ga maen sama Hendra?” tanyaku mencoba untuk merangsangnya. “Ah, Aden..” jawab Bik Suti malu. Digenggamnya penisku itu, lalu perlahan dipijit. Mulai dari ujung sampai pangkal penisku dipijit oleh Bik Suti. Tak ketinggalan juga dengan dua buah pelir yang menggantung di bawahnya. Pijatan pada penisku sungguh sangat enak sekali. Kuberanikan tanganku mengelus paha Bik Suti yang mulus itu. Dia diam saja. Kuraba pahanya dan terus naik hingga masuk ke dalam roknya. Kuusap-usap vaginanya yang masih terbungkus dengan CD. Kucoba memasukkan jariku disela-sela CD-nya. “Ouugghh.. tangan Aden nakal..” Bik Suti mengerang menahan rangsangan yang kuberikan. Tanpa kuduga, wajah Bik Suti mendekat ke kemaluanku. Dikulumnya penisku hingga basah semua. Bik Suti sungguh pandai mengulum penisku. Karena kurasakan aku hampir sampai kusuruh Bik Suti untuk berhenti. Kutindih tubuhnya dan segera kubuka CDnya yang masih melekat. Segera saja kuarahkan penisku itu ke lubang vaginanya. Dengan susah payah kucoba untuk menembus pertahanannya. Tapi selalu saja gagal. Akhirnya dengan bantuan Bik Suti, peniskupun berhasil masuk juga. Kodorong pelan-pelan agar tidak terlepas dari jalurnya. Perlahan kokocok penisku. Bik Suti cuma bisa merem-melek menerima serangan dariku. Tangannya meremas-remas payudaranya sendiri yang masih terbungkus bajunya. Kutarik dengan paksa baju yang masih melekat itu hingga sobek. BH-nya yang juga menghalangi kutarik dan kubuang jauh-jauh dari tempat tidurku. Segera saja kulumat payudara Bik Suti yang sudah tegang. Kurasakan lubang Bik Suti sudah basah oleh cairannya sendiri. Kocokanku semakin lama semakin kupercepat, dan akhirnya. “Bik, Hendra mau keluar nih..” “Iya, Den. Keluarin aja di dalam..Biar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar