Minggu, 19 Juni 2011

memijiti mama part 03

Perlahan aku menindihnya, kemudian mulut kami beradu dengan dahsyatnya terdengar bersuara begitu kerasnya, aku menciuminya dengan penuh nafsu. Lalu aku menurunkan ciumanku ke arah leher, mama sedikit melenguh, ketika ciumanku sampai di daerah puting susunya. Kuhisap dan kulum puting yangberwarna kemerahan itu. Kembali ciuman kuturunkan sampai mengelilingi pusar yang kelihatan begitu bersihnya.

"Uhh.." mama melenguh keras saat lidahku menyentuh klitorisnya. Vaginanya begitu basah denganbau khas yang menambah seleraku untuk menjilatinya, kucoba untuk menjilati daerah basah tersebut. Ufssh.. Asin dan terasa seperti sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya tapi keadaan itu tak membuatku menghentikan kegiatanku, aku terus menjilatinya bahkan semakin rakus seperti ingin membersihkan vagina orang yang paling kusayangi tersebut.

"Mmmhh.. sstt.." mama menjerit tertahan saat kucoba memasukkan jari tengahku ke dalam dirinya, terasa begitu hangat dan lembab. Kocokan keluar masuk tanganku semakin membuat mama kelojotan tak tentu arah, mama mulai menggerakkan pinggulnya yang tadi hanya diam karena itu aku yakin mama dalam keadaan sangat terangsang. Aku terus menjilati klitorisnya sembari jari tengahku keluar masuk melewati pintu sempit vagina mama. Semakin liar mama menggerak-gerakkan pinggulnya seolah ingin cepat sampai pada orgasmenya. Aku sudah tak tahan, secepat kilat aku menjajarinya, kuciumi mulut tipis mama, kuhisap sepenuh tenaga. Hingga kurasakan penisku digenggam oleh mama dan secara paksa menariknya mendekati lubang kewanitaannya.

"Cepat sayang.. tekan," mama memohon padaku untuk segera memasukkan penisku ke arahnya.
Perlahan kutekan sambil menikmati sensasi yang timbul ketika menyaksikan wajah mama meringis menahan sesuatu saat penisku melewati dinding dinding sempit vaginanya secara perlahan.
"Bless.." akhirnya penisku terbenam seluruhnya dan tepat mengenai mulut rahim yang kenyal.
"Ouhh.. Donny sayang," mama kembali melenguh saat kucoba untuk menarik penisku secara perlahan dan kembali membenamkannya hingga amblas seluruhnya. Pinggul mama mulai bergoyang lagi mengimbangi tusukanku yang tetap konsisten berirama pelan. Suara decakan vagina yang beradu dengan penis mulai terdengar karena kurasakan mama adalah tipe wanita dengan vagina yang becek, namun di situlah nikmatnya berhubungan seks dengan mama, suara itu seperti menambah semangatku untuk terus memacunya.

"Teruskan sayang.. terus.." mama mulai meracau tak karuan, saat hentakanku semakin cepat frekuensinya. Hal ini membuat suara decakan vaginanya semakin terdengar keras, membuat mama terus menjerit tertahan. Akupun seperti ingin melepaskan sesuatu tapi tetap kutahan, aku ingin mencapai orgasme bersamaan dengan mama. Aku semakin mempercepat gerakanku, "Lagi sedikit sayang.." Mama mulai meringis, menantikan malaikat kenikmatan datang menjemputnya. Ketika tiba-tiba, "Ouhhsstt Donny.." mama sepertinya telah bertemu dengan malaikat itu. Kurasakan vaginanyaberdenyut memijit penisku, aku terus memacu agar malaikat itu jangan pergi meninggalkanku, ketika tak lama berselang, "Cret.. creet.. creet.." penisku menyemburkan lahar panas di dalam vagina mama. Kami tidur memulihkan tenaga, sesaat kemudian mama bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan vaginanya, dan kali ini tanpa air mata penyesalan. Begitu balik, langsung memelukku. Kami pun tidur sambil berpelukkan mesra.

Aku masih terpaku menyaksikan foto ayah, aku benar-benar merasa berdosa terhadapnya, aku merasa tak mampu menjaga mama dengan baik, atau mungkin mama yang tidak berhasil mendidikku menjadi anak yang baik. Saat ini mama sedang menjaga toko milik kami, walaupun sudah ada karayawan, mama selalu menyempatkan diri diakhir hari untik mengecek secara langsung laba yang di peroleh.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara bel menandakan kalau di luar ada tamu, cepat aku membukakan pintu. Ternyata seorang wanita paruh baya telah berdiri di depanku dengan anggunnya, kelihatan sekali kalau dia seorang wanita kantoran yang selalu sibuk dengan urusan, sepertinya dia seumuran dengan mama.

"Kami dari asuransi xx(edited), dan telah melakukan janji dengan ibu Ernie" sapa wanita itu dengan ramah.
"Oh iya.. silakan masuk Bu." aku mempersilakan wanita itu untuk duduk, tak lama kemudian aku melaju dengan sepeda motorku menjemput mama di toko yang jaraknya cuma seratus meter dari rumah.
"Ehh.. ibu maafkan saya Bu saya lupa kalau ada janji dengan ibu hari ini," kata mama dari luar ruangan begitu sampai sembari cepat duduk di kursi.
"Ah nggak apa-apa kok Bu," sahut wanita itu tersenyum ramah.

Kemudian mereka bicara panjang sekali kali diselingi tawa renyah keluar dari mulut mereka berdua. Menurutku itu adalah kelebihan seorang pegawai asuransi untuk selalu familiar terhadap klien-nya. Sejam kemudian setelah mereka berbicara panjang akhirnya wanita itu pamit pulang, mama menutup pintu ketika aku mengambil formulir asuransi di meja. Aku melihat isi formulir itu ternyata ada dua. Ternyata mama akan mengasuransikan pendidikanku sebesar $4000 yang akandiangsur secara triwulan, lembar lainnya akan mengasuransikan toko kami tanpa ada nominalnya. Akupun memeluk mama kuucapkan terima kasih padanya, mama hanya tersenyum sambil mengatakan kalau itu memang sudah menjadi kewajibannya.

Keesokan harinya wanita itu datang lagi, kali ini mama sendiri yang membukakannya pintu. Kembali suara tawa riang renyah terdengar dari mulut mereka berdua, aku pun merasa happy melihat mama telah mempunyai teman baru yang baik, kukatakan baik karena saat itu di belakang aku sedang menyantap black forest bingkisannya. Karena selama ini mama terlalu sibuk dengan urusannya mengurus toko hingga jarang mempunyai teman seperti wanita itu. Mereka pun kelihatan akrabsekali.

Dua jam mereka bicara ketika wanita itu pamit pulang Mama menceritakan padaku kalau wanita itu bernama Ni Wxx Ayu Wxx(edited), orang Bali namun terlahir dan besar di Jakarta, juga tentang profesinya selain pegawai kantor asuransi juga instruktur fitness pada suatu fitness center, tak ketinggalan statusnya yang janda tanpa anak. Ooo.. batinku mengatakan pantas saja mereka akrab rupanya sama sama janda.

Keesokan harinya wanita itu datang lagi namun kali ini sedikit lebih pagi, saat itu jam menunjukkan pukul delapan. Aku membukakannya pintu.
"Hai Donny," sapanya masih ramah seperti kemarin.
"Tante Ayu.." jawabku ringan sembari mempersilakan Tante Ayu masuk. Mama keluar dari kamar dengan pakaian santainya, celana jeans dengan atasan kaos biasa, walau begitu tak memudarkan kecantikan alaminya. Dengan meminta izin kepadaku mama pun keluar dengan Tante Ayu. Lama aku menanti mama ketika pukul 11:00 terdengar suara klakson mobil, mama turun dari mobil ketika mobil Tante Ayu melaju entah kemana. Aku melihat mama membawa beberapa tas, rupanya ia barudari mall. Tak sabar aku ingin melihat apa yang ada di dalam tas itu. Ketika kulihat beberapa potong pakaian senam.

"Mama mau ikut senam ya?" tanyaku heran.
"Iya.. bolehkan.." jawabnya sambil memandangku.
"Enak lho yang ngajarin Tante Ayu langsung.." sambungnya kembali.
"Berarti Donny nanti sendiri di rumah dong.." ujarku dengan nada tak terima.
"Nggak lah sayang, pokoknya Donny ikut kemana pun mama pergi," ujar mama meyakinkanku.
"Dan Tante Ayu bisa mengerti hal itu.." sambungnya kembali membuatku benar-benar merasa tenang.

Dua hari setelah itu aku mengantarkan mama untuk pertama kalinya ke tempat senam yang dituju, di sana Tante Ayu sudah menunggu dengan pakaian senamnya, oleh Tante Ayu aku dibawa ke ruangan khusus dimana aku bebas melihat ke mana pun namun aku sendiri tak terlihat dari luar. Mama mulai membuka pakaian luarnya, karena sejak dari rumah mama sudah memakai baju senamnya. Terlihat sekali walaupun Tante Ayu adalah instruktur senam, namun tubuh mama mampu mengimbanginya walaupun mama tak pernah melakukan senam apapun. Kelihatan sekali mama masih canggung dalam gerakan-gerakan senam ketika wanita wanita lain mengikuti dengan lancar gerakan gerakan yang Tante Ayu perlihatkan.

Akhirnya senam pun selesai dan aku akan keluar dari penjara ini menurut batinku. Begitu aku akan memegang gagang pintu, aku melihat dua pemuda dengan badan kekar masuk, ketika ruangan telah sepi dan meninggalkan mama dan Tante Ayu, sejenak aku menahan hasratku untuk keluar dari ruangan itu. Salah seorang bahkan menggandeng Tante Ayu, tanpa canggung mereka berpelukan mesra, mamaku masih duduk di pojok saat Tante Ayu mengenalkan para lelaki kekar itu satu-persatu. Kemudian Tante Ayu mengajak mama dan para pemuda itu ke ruangan sebelahnya, walaupun agak terhalang tapi aku masih bisa melihat keseluruhan ruangan dengan menaiki kursi.

Tante Ayu kembali bercanda dengan pemuda itu sesekali lelaki itu menjawil pantat Tante Ayu.
"Bu Ernie ngomong dong," ujar Tante Ayu kepada mama.
"Oh iya.." tiba-tiba mama manjawab tapi masih malu-malu.
Tante Ayu terus bermesraan dengan pemuda itu, bahkan saat itu Tante Ayu duduk di pangkuannya. Mama masih terdiam membisu saat seorang lagi mendekati mama.
"Hai Mbak.. kok dari tadi diam aja sih," tanya lelaki itu.
"Ah nggak kok.." ujar mama merasa risih.
"Mungkin Mbak Ernie masih canggung ya?" lanjutnya kembali, mama masih diam namun sedikit tersenyum.
" Mbak.. di luar aja yuk, khan nggak enak.. mengganggu Mbak Ayu di sini.." sepertinya laki-laki itu pintar memanfaatkan suasana. Berkata demikian kemudian laki-laki itu menggandeng mama untuk kembali berada di ruangan senam, dan mama hanya nurut saja saat itu.

Mama duduk berdampingan dengan pemuda itu, sementara Tante Ayu terdengar mulai mendesah, saat itu kalau kulihat pakaian senamnya telah merosot sampai perutnya. Mama hanya menggigit bibir mendengar desahan nafas Tante Ayu.
"Mbak ernie kelihatannya lembut sekali.." pemuda itu mulai merayu mama.
"Ah kamu bisa aja.." sahut mama mulai melayani pembicaraannya.
"Pasti banyak laki-laki naksir sama Mbak." lanjut pemuda itu sambil melingkarkan tangan kirinya di pinggang mama. Mama masih diam tidak berusaha untuk menghindar. Kembali terdengar suara lenguhan Tante Ayu yang begitu kerasnya, karena saat itu Tante Ayu telah telanjang total begitu juga dengan pemuda itu, nampak bulu-bulu yang sangat lebat menghiasi selangkangan Tante Ayu.

Tiba-tiba mama berdiri..
"Maaf Mas, aku akui aku sedang bernafsu, tapi tidak sama kamu.." mama mulai membentak saat tangan pemuda itu menyentuh buah dada mama. Merasa terhina pemuda itu pergi entah kemana. Tak lama kemudian aku pun keluar dari ruangan itu, belum selesai aku menutup pintunya mama menghampiriku dan mendorongku masuk kembali. Mama menutup pintu itu kemudian memburuku. Habis sudah mulutku diciumi. Pakaianku dibuka dengan paksa, sekejap saja aku dalam keadaan bugil. Mama mengelus penisku yang sudah menjulang tinggi. Berusaha untuk memasukkannya ke dalam mulutnya yang kurasa begitu tipis dan mungilnya, walau begitu akhirnya masuk juga walau serasa dipaksakan.

Tak lama kemudian mama membuka pakaian senamnya sendiri, bau keringat mama menambah daya tariknya. Aku memeluknya dari belakang, meremas buah dada yang kenyal nikmat. "Mama sayang kamu Don.. ujarnya lirih sambil meremas penisku. Aku tak berkata apapun selain menyuruhnya untuk nungging. Mama mau saja saat kutusuk vaginanya dari belakang. Aku mulai melakukan gerakan maju mundur. Vagina mama serasa lebih sempit karena faktor gaya nungging tersebut. Tak lama kemudian mama menyuruhku mencabut penisku.

"Mama nggak bisa menikmati.." katanya berkeluh padaku. Akupun disuruhnya duduk di kursi ketika mama mulai mengangkangiku berhadapan dan memasukkan penisku secara perlahan ke dalam dirinya. Aku cukup senang dengan gaya itu mama duduk di pangkuanku dan buah dadanya tepat berada di mulutku. Rakus aku menjilati dada yang menjulang menantang itu, saat mama mulai melakukan aksinya menurun naikkan tubuh indahnya di hadapanku.

"Ouh.. Mama.." tak sadar aku bicara demikian, mama meringis namun terus menutup mulutnya rapat rapat. Mama menggerakkan pinggulnya dengan berbagai variasi kadang memutar, maju mundur dan turun naik, semua berirama membuat aku tak tahan. Ketika 5 menit kemudian..

"Ma.. Donny mau keluar.." bisikku pelan.
"Tahan sayang, tunggu mama lagi sebentar.." ujar mama pelan seperti takut kedengaran, mama terus memutar-mutarkan pinggulnya membikin penisku pusing tujuh keliling, ketika tak lama kemudian..

"Ukkhh.. sstt.." bersamaan kami mencapai puncak kenikmatan yang kami daki. Mama menciumiku mesra. Beberapa saat kami saling pagut sebagai tanda kasih sayang diantara kami berdua. Aku merasa mama adalah bidadariku yang tercantik. Setelah itu kami pun keluar dari ruangan itu untuk selanjutnya pulang tanpa pamit kepada Tante Ayu.

TAMAT

mamaku sayang 02

Tak lama kemudian mama memelukku sambil sesekali terisak, "Jangan marah ya.. jangan siksa perasaan mama." kata mama disela-sela isak tangisnya.
"Maafin Donny Ma, tadi Donny kurang kontrol," sahutku pelan sambil membelai punggung mulusnya.
"Donny pengen menyerahkan keperjakaan Donny untuk mama, pengen kalau mama orang pertama yang mengajari tentang semuanya, tapi Donny sadar itu salah.." ujarku memperbaiki kesalahan ketika ciuman hangat jatuh di keningku, kemudian turun dan tanpa sadar mulut kami beradu lagi tapi tidak sekencang yang pertama namun begitu lembut hangat dan mesranya. Giliran mama sekarang yang memelukku erat seolah tak ingin dilepaskannya lagi.

"Maafin mama.." ujarnya sambil terus memelukku.
"Mama terlalu egois.." lanjutnya sembari menciumi pipiku dengan penuh kasih sayang.
"Kalau memang itu yang Donny mau," tanpa meneruskan kalimatnya selanjutnya, mama bangkit kemudian berjalan menuju kamarnya. Seribu pikiran telah merambah kepalaku, aku bingung harus bagaimana. Tapi akhirnya aku memilih alternatif kedua, ikut masuk ke dalam kamarnya.

Aku terpana saat melihat mama tidur terlentang sambil matanya menatap sayu ke arahku. Bulu-bulu lembut tampak semerawut di sekitar selangkangannya. Pelan aku mendekatinya, sepertinya gayung bersambut.
"Mama ingin jadi orang pertama yang memberikan sayang seluruhnya pada Donny." kata mama sambil berusaha menutupi selangkangannya dengan kedua tangan, nyata sekali kalau mama masih caanggung untuk bugil di depan orang. Seketika seranganku ke mulutnya dibalas lebih garang lagi. Aku benar-benar tidak tahan, kucoba memasukkan penisku secepat mungkin. Namun selalu meleset.
"Abis Donny sihh besar sekali.." sambil tangannya menuntun penisku ke liang tempat aku lahir.
"Ditekan.. sayang.." lanjut mama sambil tangannya tetap memegang penisku agar diam. Aku berusaha untuk menekan, namun terasa seperti ada sesuatu yang menahan. Aku terus berusaha sampai akhirnya, "Slebs.." kepala penisku amblas melewati pintu lubang yang sangat sempit itu. "Ukhh.." mama menjerit tertahan sepertinya mama merasakan sakit. Aku terus menekan menerobos masuk hingga benar-benar amblas seluruhnya, kepala adikku seperti menyentuh sesuatu yang kenyal di kedalamansana.

"Sayang yang pelan dong.." ujar mamaku sambil meringis menahan sakit. Aku mulai mengocokkan keluar masuk, mama benar-benar menikmati setiap gerakan yang kuberikan. "Uuhh.." mama merintih pelan. Mama mulai mendekap tubuhku erat. Sedangkan aku terus menurun-naikkan tubuh hingga aku merasakan nikmat luar biasa. Mama mulai maracau tak karuan ketika gerakanku semakin cepat menghantamnya. Suara desahan nafas bercampur dengan suara vagina yang dikocok oleh penisku, begitu kontras. Nyata sekali kalau vagina mama benar-benar telah basah bahkan mungkin sangat becek hingga mengeluarkan suara yang menurutku aneh, sepertinya ada sesuatu terjadi pada mama, ia semakin mendekapku erat, goyangan pinggulnya semakin liar dan hal itu membuatku seperti akan meledak, keringat telah membanjiri tubuh kami berdua. Aku semakin akan mendekati puncak ketika tiba-tiba mama menjerit dan telah sampai pada puncaknya yang sedetik kemudian aku menyusul ke surga dunia tersebut. Aku terkulai lemas. Diam tanpa ada suara sedikitpun. Sejenak kemudian ada suara isak tangis dari mulut mama, rupanya mama tersadar kemudian berlari ke kamar mandi, setelah itu hening.

Keesokan harinya keadaan tetap seperti biasanya, hari itu libur sekolahku aku tetap berada di rumah untuk menemani mama, aku tak tega untuk meninggalkannya seorang diri di rumah. Saat itu mama sedang mencuci pakaian, mama adalah seorang yang rajin, semua pekerjaan rumah dikerjakan sendiri olehnya, itu yang membuatku terkagum-kagum padanya, ia selalu mengerjakan semua tanpa pernah meminta tolong kecuali mamang setelah ia tak mampu. Tapi saat itu aku berinisiatif untuk membantunya lagi pula 70% yang dicuci mama adalah bajuku sendiri. Tanpa basa basi aku langsung menuju ember untuk mengucek baju baju ringan agar bersih.

"Lho mimpi apa semalam kok tumben nyuci.." kata mama sedikit menyindir.
"Nggak kok cuma pengen bantu aja." sahutku sambil nyengir tak karuan.
Kami pun larut dalam pekerjaan itu, beberapa menit kemudian tugas harian itu selesai. Baju yang kupakai basah semua begitu juga dengan mama. Akupun mandi lagi, setelah selesai disusul mama. Saat itu kami sedang menonton TV, ketika langit mendung dan menampakkan akan datang hujan, benar saja beberapa menit kemudian gerimis pun jatuh perlahan dari langit, kami pun berlari ke belakang menyelamatkan baju-baju yang hampir kering.

"Jduaarr.." petir menyambar dengan lantangnya seolah tak ada yang berani melawan. TV telah mati, otomatis. Aku diam sendiri melamun, sedangkan mama masih asyik dengan majalah Femina-nya duduk di ruang tamu, hujan turun dengan lebatnya, aku pun ikut larut duduk di ruang tamu sambil membaca majalah Femina yang banyak terdapat di kolong meja ruang tamu, sesekali aku memperhatikan wajah mama, memang benar kata orang kalau mama seorang wanita yang cantik, tinggi semampai dengan kulit putih mulus, leher jenjang dan dada membulat indah, seandainya sajaorang juga tahu kalau mama mempunyai vagina yang indah dengan warna kemerahan dan terlihat seperti milik gadis belasan tahun maka lengkaplah mama sebagai wanita sempurna.

Bolak balik aku membuka halaman namun tak ada satupun isi majalah yang menarik minatku untukmembacanya. Majalah itu kuletakkan kembali di bawah meja, aku duduk sendiri lagi, kembali kuperhatikkan mama, aku teringat semalam bagaimana mama bagai kuda binal memacu mengejar kenikmatan. Tak terasa penisku membengkak. Sepertinya mama tahu kalau sedang diperhatikan.
"Donny ngapain juga ngeliatin mama seperti itu.." tanyanya sambil membalik ke halaman berikut.
"Nggak kok Ma.. mama cantik sih," jawabku lugu sambil memperbaiki posisi penisku.
Mama tersenyum renyah, ufhh sungguh manis jika mama tersenyum. Kemudian mama meletakkan kembali majalahnya untuk bangkit menuju jendela menyaksikan hujan yang turun dengan lebatnya. Aku melihat dari belakang betapa sexy-nya tubuh mama, pantatnya menonjol keluar, penisku serasa meledak saja, melihat hal itu. Aku pun beranjak menyaksikan hujan dari belakang mama. Kupeluk tubuh mama, mama memegang tanganku di perutnya. Penisku sengaja kutempel di belakang pantatnya.

"Ma.. Donny sayang mama," lirihku pelan.
"Mama juga sayang sama Donny." sahut mama sambil mencium keningku, kemudian ia berbalik menghadapku, mama memelukku dengan melingkarkan kedua tangannya di leherku. Aroma tubuh wanita asli tanpa farfum pun keluar dari tubuh mama terutama kedua ketiaknya, membuatku semakin terangsang. Lama kami saling pandang, mama begitu cantiknya dengan hidung bangir bibir tipis dan mungil. Semakin aku memeluknya erat serasa tak ingin kulepaskan lagi.
"Dansa yuk.." ajak mama gembira sambil meregangkan pelukannya.
"Boleh tapi tapenya khan di kamar," jawabku bingung.
"Ya.. iya dansanya di kamar Donny aja," sahutnya kembali menjelaskan.Tak berapa lama berselang alunan piano chopin pun beralun sendu, begitu romantisnya kami berdansa layaknya pasangan yang lagi dimabuk asmara. Mama memeluk leherku dengan lembut aku pun tak mau kalah, pinggang mama yang ramping kujadikan sandaran tanganku. Tak lama kemudian mama merebahkan wajahnya di dadaku, aku merapatkan pelukanku sambil mengelus elus punggungnya, kuciumi rambut mama yang wangi sembari tangan kananku terus menelusuri tubuhnya hingga menuju pantat yang membulat sempurna. Sambil berdansa santai, kuremas pantat indah mama.

"Tu khan.. Donny nakal lagi," kata mama protes sambil mencubit belakang leherku.
Aku tak mempedulikan kata-katanya, aku terus meremas pantatnya, perlahan kutarik roknya yang sebatas lutut hingga mendapatkan ujungnya. Dari situ aku memasukkan tanganku untuk memegang langsung pantat yang dibalut celana dalam yang aku belum tau warnanya itu.
"Donny, jangan lagi ah.." ujar mama masih menandakan dengan suara yang lembut.
Mama tetap bersandar di dadaku, aku terus mendekapnya erat tanpa melepaskannya sedikitpun. Kami terus masih berdansa ketika tanganku telah berhasil masuk ke dalam celana dalam melewati sisi sampingnya. Terasa sekali kulit pantat mama begitu lembutnya. Perlahan kulorotkan celana dalam penghalang itu, mama masih diam ketika celana itu telah lorot sampai setengah paha, dengan bantuan kakiku akhirnya celana yang ternyata berwarna kuning itu merosot sampai telapak kaki mama.

"Donny mau telanjangi mama lagi yaa?" tanyanya sambil menatapku, kali ini mama mengangkat kepalanya menatapku.
Aku diam tak bisa menjawab, terpaksa wajahku tertunduk malu. Aku tak kuasa memandangi wajah mama. Aku berpikir mungkin mama masih menginginkan kejadian semalam, tapi dugaanku ternyata meleset.
"Maafin Donny Maa.." sahutku tertunduk, "Abis Donny pengen seperti tadi malam lagi.." lanjutku polos tanpa ada yang tertahan.
"Donny pengen lihat mama telanjang lagi?" tanya mama sambil mengelus pipiku.
Aku diam tak bisa menjawab kecuali memandangi kuku kakiku yang mulai panjang.
"Atau mungkin Donny pengen tiduri mama lagi yaa?" kembali pertanyaan itu bagai petir yang berkecamuk di luar menghantam ubun-ubunku.

Mama tersenyum, kemudian menjauh dariku hingga posisi kami berhadapan tapi di sisi tembok yang berlawanan. Perlahan sekali mama menarik kaos yang digunakan hingga terlepas sama sekali, kini mama hanya menggunakan bra yang ternyata berwarna kuning juga sepertinya satu paket dengan celana dalam yang tadi berhasil kulorotkan dengan rok sebatas lututnya. Chopin masih sibuk dengan pianonya dalam tape-ku. Saat kemudian kembali bra kuning itu dilepaskan mama hingga menampakkan gundukan kenyal dan montok itu seperti terbebas dari penjara bernama BH. Aku masih terpana dengan kelakuan mama, sepertinya bukan aku saja yang sakit jiwa tapi mama juga sudah tertular dengan penyakit incest-ku. Dalam hati aku berpikir ternyata rok itu telah mencapai lutut hingga ketika tangan halus mama melepaskannya. Tak ada lagi penghalang yang menutupi tubuh indah mama. Cegukkan air liur terdengar seperti pemaksaan ditelan keluar dari mulutku.

"Mama nggak mau mengotori kamar Donny.." sambil mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai mama berlalu menuju kamarnya. Kembali hal ini meninggalkan sejuta pertanyaan di benakku, tapi seperti kemarin aku selalu memilih alternatif yang kedua, mengikuti ke kamarnya. Kali ini aku tak mau setengah-setengah, seluruh pakaianku kulepas semua, ketika aku berjalan ke kamar mama kondisiku sudah dalam keadaan bugil dengan penis tegang mengacung-acung.

Tak ada yang istimewa, kulihat mama duduk di meja rias menghadap cermin tetap dalam keadaan bugil. Aku mendekati untuk selanjutnya duduk di belakang mama sambil memeluknya. Mama tersenyum penuh arti kemudian berdiri lagi dan meninggalkanku lagi yang duduk terpaku. Ternyata dugaanku benar mama berdiri menuju tempat tidur, terlentang sambil memandangku. Dan aku sudah paham dalam kondisi ini mama sudah dalam keadaan terangsang. Sekarang sudah saatnya aku akan mempraktekkan teori dalam film blue bagaimana cara memuaskan wanita.

Bersambung ke bagian 03

mamaku sayang 01

Aku hanya bisa memandangi foto orang yang menurut mama adalah ayahku. Disaat aku menyesali segala macam perbuatan terkutukku terhadap mama, orang yang selama 18 tahun telah merawatku seorang diri hingga tumbuh menjadi seperti ini. Aku terlahir sebagai anak yatim karena tak pernah melihat ayahku kecuali foto yang kusaksikan saat ini. Ayahku tewas kecelakaan saat akudalam kandungan. Dulu ayahku adalah seorang pekerja proyek bangunan irigasi, hingga selalu bekerja berpindah-pindah dari satu pelosok ke pelosok lainnya.

Pada suatu saat di dusun pedalaman sumatera barat, ayahku berkenalan dengan seorang gadis yangselanjutnya menjadi ibuku. Memang mama terlalu dini untuk menikah, saat itu ayahku berumur 27 tahun sedangkan mama baru berumur 15 tahun tapi hal itu bukan menjadi penghalang mereka untuk menikah. Saat itulah ayahku memboyong mama ke jakarta. Namun naas tak dapat dihindari, tiga bulan kemudian ayahku tewas dalam kecelakaan lalu linrtas. Dari saat itu mama mengasuhku seorang diri dengan membuka toko kelontong kecil dari uang sisa warisan ayahku hingga berkembangseperti saat ini.

Kejadiannya bermula ketika ujian EBTA selesai, waktu itu pukul 9:00 pagi. Aku langsung saja meluncur pulang karena memang aku mesti pulang. Sesampainya di rumah aku melihat mama sedang memasak makanan, hal itu biasa dan memang seperti biasanya, yang luar biasa adalah saat itu mama hanya menggunakan daster yang sangat pendek, hanya setengah paha.

"Ma.. itu baju siapa?" tanyaku heran.
Aku dapat melihat walaupun diumurnya yang akan menginjak 34 tahun tapi mama masih memiliki tubuh yang sintal, terlihat dari balik daster itu masih menampakkan tonjolan di pantat dan dadanya. Aku pun larut membantu mama menyiapkan bahan masakan, tapi kembali aku terpaku disaat duduk berhadapan mengiris sayuran, mataku menangkap warna putih celana dalam mama, sebenarnya mama duduk dalam posisi yang biasa, namun ia belum sadar kalau saat itu ia hanya menggunakan daster pendek, aku berusaha mangalihkan pandanganku, tapi selalu saja kembali melirik ke arah itu sampai akhirnya aku tertangkap basah, saat aku melirik disaat itu pula mama melihat ke arahku, kemudian secara perlahan ia merapatkan pahanya. Kejadian itu membuatku tidak tenang, selalu akumemikirkan apa yang ada di balik warna putih kain penutup tersebut, walau aku selalu mendapatkan ranking di kelasku tapi dalam hal wanita dan isi dalamnya, aku berada di nomor 39 alias nomor absensi terakhir di kelasku. Hal ini menimbulkan ide edan di kepalaku, tanpa sepengetahuan mama, lubang kunci pintu kamar mandi akan menjadi teropongku! Benar saja sekitar pukul 5 sore jadwal mama mandi. Aku pura pura saja membaca koran di ruang tamu manakala mama lewat hanyamelilitkan handuk di tubuhnya.

"Donny.. udah mandi belumm?" tanyanya sembari berlalu.
"Iya ntar.. Mama dulu deh" sahutku sambil berpura-pura serius membaca koran.
Aku mendengar suara pintu kamar mandi ditutup, secepat kilat aku berlari untuk menngintip. Perlahan mama melepaskan handuk yang melilit di tubuhnya. Hufss.. tampaknya tak ada lagi yang menutupi tubuh mama, dadanya tampak membulat indah, dengan bulu-bulu lembut menghiasi selangkangannya, lalu ia mulai mengguyurkan tubuhnya denghan air. "Jduk.." tiba-tibakepalaku terbentur gagang pintu karena kurang konsentrasi. Aku tak tahu apakah mama merasa curiga atau tidak karena saat itu aku telah lari kembali ke ruang tamu.

Seminggu telah berlalu dari kejadian tersebut dan kini aku telah mempunyai ide yang lebih edan lagi, "Obat tidur!" Aku membeli pil atifan, kata temanku itu adalah pil penenang dengan efek samping tidur. Disaat makan siang aku membubuhkan atifan yang telah kutumbuk menjadi tepung ke gelas mama. Ternyata memang benar, tak beberapa lama berselang mama telah pulas di kamarnya. Aku menuju kamar mama sejam kemudian, aku berusaha untuk membangunkannya untuk meyakinkan bahwa ia benar-benar tidur.

"Ma.. ma.. Mama.." tak ada reaksi, aku memegang tangannya untuk lebih yakin lagi, tapi masih juga tak ada reaksi, aku merasa lega. Namun masalah kemudian timbul, saat itu mama menggunakan celana panjang lantaran tak sempat untuk mengganti dengan daster tidurnya.

Perlahan aku membelai wajahnya, mama memang mempunyai wajah yang sangat cantik, setidaknya itu menurutku. Setelah puas, belaian tanganku mulai turun ke pangkal lehernya yang putih mulus dan jenjang. Ada rasa hangat mulai berdesir di tubuhku, jantungku mulai berpacu tak normal. Sangat pelan aku mulai meraba dada yang masih terbalut oleh bra berwarna krem. Aku sudah tidak sabaringin melihat yang lebih jauh lagi. Perlahan sekali aku melepaskan kancing celana panjangnya, kemdian menurunkan reitslitingnya lebih perlahan lagi, yang kemudian menampakkan celana dalam warna krem juga. Saat itu aku merasa telah berada di dunia lain karena jantungku berdetak begitu kencangnya. Dari ujung kaki aku menarik celana panjang hitam itu hingga terlepas sama sekali. Tak lupa celana dalam krem itupun kulorotkan juga. Dalam seumur hidup, baru saat itulah kalipertama aku melihat vagina seorang wanita dari jarak yang begitu dekatnya. Kucoba untuk meregangkan kedua pahanya untuk memperhatikan lebih detail isi dari vagina wanita. Hufhh.. dengan warnan kemerahan sepertinya menantang untuk disentuh, kucoba untuk membelainya kemudian memasukkan jari tengahku ke dalam lubang hangat tersebut, ternyata masih sempit. Sampai disitu aku tak melanjutkan aksiku, kupakaikan kembali pakaiannya seperti semula, akhirnya aku onani sendiri di kamar mandi.

Setelah kejadian itu aku jadi semakin berani, saat bercanda dengan mama aku sering mencubit pantatnya bahkan kadang aku sudah berani mencium belakang lehernya, tapi aku tak tahu apakah mama masih menganggapnya itu suatu kewajaran atau mama telah sadar bahwa ada kelainan pada diriku tapi berpura-pura tidak tahu. Terakhir, aku menyewa sebuah VCD, walaupun bukan filmporno tapi dapat dikatakan film itu setingkat diatas film semi.

"Ma.. umur Donny sekarang berapa?" tanyaku mencari alasan.
"18.. emang kenapa sayang?" jawabnya sambil mengerutkan dahi.
"Berarti Donny boleh nonton film 17 tahun ke atas, khan?" lanjutku kembali.
"Bolehh.. Donny khan sudah besar.." sahut mama membuatku merasa dewasa.
"Mau khan Mama nonton bareng Donny?" pintaku, dan aku merasa senang saat mama menganggukkan kepalanya tanda ia mau menemaniku. Terlebih saat itu mama memakai daster pendeknya lagi.

Sepuluh menit berlalu setelah film di putar, posisinya masih seperti semula, aku memeluk mama dari belakang karena memang sebelumnya adalah biasa kalau aku memeluk mama saat nonton film.Adegan mulai panas ketika memasuki menit ke 15, tak terasa adik kecilku mulai bangkit dari tidurnya, sialnya lagi badan mama menempel di tubuhku hingga menyulitkan posisi adikku, untungnya mama mengerti, kemudian menarik badan untuk tidak bersandar lagi ke tubuhku. Kesempatan itu kugunakan untuk memperbaiki posisi adikku. Tak berselang lama kemudian aku memeluk mama lagi, perlahan kutarik tubuhnya untuk bersandar lagi di dadaku. Aku tidak tahu apakah ia merasakan di punggungnya ada benda keras melintang, sementara tanganku masih melingkar manis di perutnya yang ramping.

Adegan film semakin panas, kami hening tak bicara, yang ada hanya suara cegukan air ludah yangditelan paksa keluar dari mulut kami berdua. Aku semakin memeluknya lebih erat lagi, mama masih diam dan terus menyaksikan film, darahku sepertinya berdesir hebat, kuberanikan diri kembali untuk mengecup leher bagian belakangnya, satu dua kali mama masih terpaku diam. Akhirnya kubuka pembicaraan.
"Gimana sih rasanya gituan.." tanyaku lirih ketika di layar TV adegan telah menjurus ke hubungan seks.
"Nggak tau Don.. Mama juga sudah lupa.." jawabnya lebih lirih lagi tapi matanya tetap lurus ke layar TV.
"Mama nggak pengen gituan lagi?" tanyaku terbata-bata.
Yang pasti pertanyaanku tidak terjawab karena setelah itu hening kembali, sepertinya mama sangat menikmati film tersebut dan tidak mempedulikan semua pertanyaanku.

Pelan sekali aku mulai menggerak-gerakan tangan di sekitar perutnya, dasternya begitu tipishingga terasa sekali kalau tanganku sedang mengitari pusarnya. Aku menciumi lagi leher bagian belakang, antara hidup dan mati aku memberanikan diri untuk menaikkan rabaan tanganku hingga pelan namun pasti tanganku sampai di dada yang menurutku tidak begitu besar tapi masih padat dan montok.

"Ehem.." mama terbatuk, entah sengaja atau tidak hal itu seperti halilintar bagiku dan menampar pipiku. Tapi sampai saat itu mama masih membiarkan tanganku di dadanya. Aku memberanikan diri lagi untuk mencium belakang lehernya, nafasku seperti memburu, aku sudah lupa diri, kuciumi semua leher sampai belakang telinganya.

"Hhhsstthh.." terdengar suara rintihan mama walau pelan tapi terdengar begitu berarti bagiku. Tanganku mulai meremas dadanya, sedangkan tangan kiriku mulai turun menyingkap daster mininya.
"Donny jangan nakal ahh.." mama mulai bicara namun masih juga belum menangkis tanganku. Suaranya begitu pelan dan lembut. Akupun mulai menurunkan reitliting daster yang ada dipunggung mama, hingga sebatas pinggang.
"Donny jangan.." Mama mulai bereaksi namun masih belum menghindar. Kuciumi punggung indah mama sembari tanganku berusaha untuk melepaskan tali BH-nya hingga terlepas sama sekali.
"Sayang mau ngapain sih.." ujar mama sambil menyeringai penuh arti. Aku terus berusaha untuk menelanjangi mama. Aku melorotkan daster mini itu, dengan mengangkati sedikit saja pantatnya untuk meloloskan daster itu, lepaslah daster mini aduhai tersebut. Kini mama hanya menggunakan celana dalam saja, tanganku tak henti-hentinya meremas dada mama.

"Hhssthh.. Donny.." mama merintih menikmati belaianku. Di layar TV nampak adegan permainan yangsensasional, mama terus memandangi film itu sambil menikmati remasanku. Aku mulai mengusap celana dalam mama, mama masih diam. Perlahan kugosokkan secara melingkar, sepertinya mama menikmati setiap sensasi yang kuberikan. Perlahan aku mulai membuka celana dalam mama, dan sepertinya mama memberikan jalan untuk itu, dalam sekejap celana dalam itu telah berada disampingku alias mama telah bugil total. Kembali tanganku mengusap vagina yang sudah sangat basahbahkan cenderung becek itu, sangat hangat dan seperti ada denyutannya.

"Uhh.. Donny jahat.." kata mama sambil meringis kenikmatan. Kini aku memberanikan diri untuk mencium bibirnya, tapi sepertinya mama menolak, mama tak mau berhadapan denganku.
"Jangan sayang, ini Mama lho bukan orang lain.." kata mama lagi, kesempatan itu kugunakan untuk membuka bajuku sendiri dalam sekejap aku telah bugil juga. Aku masih berusaha untuk menciumi bibirnya.

Dua menit kemudian baru aku mendapatkan. Aku merebahkan mama di lantai, seluruh bibirnya telah kulumat dan mama membalas dengan sangat garang sepertinya ia sangat haus akan sentuhan setelah sekian lama tak terjamah laki-laki. Aku menindih mama. "Donny..?" ujar mama sambil membeliakkan matanya seolah tak percaya dengan yang digenggam, ketika tangannya memegang adikku yang sangat sangat tegang. "Emang kenapa Ma..?" tanyaku disela-sela nafasku yang makin memburu.Mama kembali terdiam, sedangkan aku terus merangsangnya, aku tak mau mama keburu sadar, pikirkukalau basah ya mandi sekalian. Aku berusaha memasukkan penisku ke vaginanya namun selalu meleset dan meleset, sepertinya ukuran penisku terlalu besar untuk ukuran vagina mama. Di samping mamayang selalu menhindari tusukanku.

"Ma.. nggak bisa masuk" ujarku perlahan.
"Jangan ya sayang ya, ini mama lho.." mama mulai melarangku sambil membelai rambutku sepertinya ia mulai tersadar.
"Donny tau kok, Mama pengen juga khan? " aku berusaha untuk menghindar disalahkan.
"Mama nggak munafik, mama akui mama pengen, tapi jangan sama Donny dong.." jawab mama lembut untuk meyakinkanku.
"Berarti Mama pengen gituan sama orang ya?" tanyaku balik tak terima.
Sejenak mama terdiam membisu, sekilas aku melihat mata mama mulai berkaca-kaca. Seolah mama tak percaya dengan apa yang baru kuucapkan.
Kemudian berkata, "Mama nggak mungkin gituan sama orang lain, mama terlalu sayang sama Donny.. nggak pernah terlintas di kepala mama untuk mencari laki-laki lain.." mama mulai menangis yang membuatku diam sejuta bahasa.
"Bahkan mama rela mati untuk Donny." lanjutnya kembali sambil mengusap air mata yang mulai menetes.
"Mama nggak tega untuk meninggalkan Donny." kembali mama melanjutkan kesahnya.

Aku merebahkan tubuh di samping mama, kondisi kami berdua masih bugil, sedangkan film di TV telah kumatikan. Kami diam, hening sunyi tanpa ada pembicaraan berarti. Aku berpikir bahwa aku benar-benar anak durhaka, bahkan mama sendiri ingin kutiduri.

Ketika tiba-tiba mama bersuara pelan, " Kenapa sih Donny pengen tidurin mama.." tanya mamaterdengar seperti pertanyaan seorang hakim di pengadilan.
"Mama.. cantik." ujarku pelan hampir tak terdengar.
"Karena Donny sayang Mama," lanjutku kembali berusaha untuk meyakinkan mama.
"Mama juga sayang sama Donny, tapi apa harus seperti ini penyampaiannya." tanya mama lagi lebih mendetail.
"Iya emang Donny salah kok.. Donny salah.. Donny salah.." tukasku keras sambil duduk dan memakai celana dalam yang sejak tadi berserakan.
"Donny marahh?" ujar mama lembut sambil berusaha meraih kepalaku untuk mengelus rambut yang acak-acakan.

Bersambung ke bagian 02

aku dan mamaku

Aku Dan Mamaku

Pagi itu aku pulang sekolah lebih awal, karena memang minggu ini kami menjalani ujian semester 2 untuk kenaikan kelas 3 SMU. Sesampai dirumah nampak sebuah mobil sedan putih parkir didepan rumah. Siapa ya ? dalam hatiku bertanya.
Padahal mama hari ini jadwalnya tennis. Untuk menghilangkan penasaranku segera kumasuki rumah. Ternyata di ruang tamu ada mama yang sedang berbincang dengan tamunya. Mama masih menggunakan pakaian olah raganya, sedangkan tamu itu masih berpakaian kerja dan berdasi.
“Sudah pulang sekolahnya ya sayang” Tanya mama padaku.
“Oh iya, ini perkenalkan om Ari relasi bisnis papamu, kebetulan pulang tennis tadi ketemu, jadi mama diantar pulang sekalian”. Kami saling berjabat tangan untuk berkenalan. Mereka kutinggalkan masuk kekamarku untuk berganti baju seragam sekolah.
Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku perempuan melanjutkan sekolah SMU-nya di kota “M” dan tingalnya indekost disana. Alasannya karena mutu sekolahnya lebih baik dari yang ada dikotaku ( padahal daripada tidak naik kelas dan jadi satu kelas denganku ). Jadi tinggal aku sendirian yg menemani mamaku, karena papa sering pergi ke luar kota untuk melakukan kegiatan bisnisnya.
“Indra, tolong kesini sebentar sayang.” tiba-tiba terdengar suara mama memanggilku. “Ya ma !” aku segera beranjak untuk menemui mama di ruang tamu.
“Om Ari mau minta tolong di belikan rokok ke warung sayang” pinta mama. Aku segera mengambil uang dan beranjak pergi ke warung untuk beli rokok. Sepulangnya dari warung tidak kutemui mama maupun om Ari di ruang tamu, padahal mobil om Ari masih parkir di depan rumah. Rokok kuletakkan di meja tamu lalu kutinggalkan kembali ke kamarku.
Melewati kamar mama nampak pintu sedikit terbuka. Dengan rasa penasaran kuintip melalui celah pintu yang terbuka tadi. Didalam kamar nampak pemandangan yang membuat jantungku berdegup kencang dan membuatku sering menelan ludah. Nampak mama yang telanjang bulat tidur di atas ranjang dengan om ari menindih dan mengulum payudara mama tanpa menggunakan celana lagi. Dengan gerakan teratur naik turun menyetubuhi mamaku. Sambil mengerang dan meggeleng ke kiri dan kekanan, nampak mamaku menikmati puncak dari birahinya. Tak lama kemudian nampak om Ari mengejang dan rubuh diatas pelukan mama. Mungkin sudah mengalami orgasme. Tanpa sengaja dengan wajah kelelahan mama melihat kearah pintu tempat aku mengintip dan mebiarkan aku berlalu untuk kembali ke kamarku.
Sesampainya di dalam kamar pikiranku berkecamuk membayangkan pemandangan yang baru kulihat tadi. Takterasa tanganku melakukan aktifitas di penisku hingga mengeluarkan cairan yang membuatku merasakan kenikmatan sampai aku tertidur dengan pulas.
Malam harinya aku belajar untuk persiapan ujian besok pagi. Tiba tiba pintu kamar terbuka.
“Sedang belajar ya sayang” nampak mama masuk kekamarku menggunakan daster tidur.
“Iya ma, untuk persiapan ujian besok pagi” mamaku duduk di ranjangku yang letaknya dibelakang meja belajarku.
“Kamu marah sama mama ya ?” tiba tiba mama memecahkan keheningan.
“Kenapa harus marah ma ?” tanyaku heran.
“Karena kamu sudah melihat apa yang mama lakukan dengan om ari siang tadi”.
“Enggak ma, memangnya om Ari telah menyakiti mama ?” aku balik bertanya.
“Enggak, malah om Ari telah memberikan apa yang selama ini tidak mama dapatkan dari papamu. Papamu kan sering keluar kota, bahkan mama dengar papamu punya istri muda lagi.”
“Kenapa mama diam saja ?” tayaku.
“Yang penting bagi mama segala keperluan kita terpenuhi, mama tidak akan mempermasalahkan itu.”
“Kamu mau membantu mama sayang ?” tiba tiba mama memelukku dari belakang. Dapat kurasakan payudaranya yang ukurannya sedang menempel di punggungku.
“Menolong apa ma ?” jawabku dengan suara bergetar dan sesekali menelan ludah.
“Memberikan apa yang selama ini tidak mama dapatkan dari papamu.”
“Tapi, aku kan anakmu?”
“Kamu kan laki-laki juga, jadi kalau kita sedang melakukannya jangan berpikir kalau kita ini adalah ibu dan anak.” sambil berkata begitu tiba tiba mamaku sudah memegang batang penisku yang sudah menegang dari tadi.
“Wow, ternyata punyamu besar juga ya” goda mamaku, aku jadi tersipu malu.
Tiba tiba mamaku mengeluarkan penisku dari celana pendek yang kupakai, kepalanya mendekati penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Sambil mengocok ngocok dan memainkan lidahnya di ujung penisku. Kurasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan, tiba tiba “crot…crot. .” keluar cairan kenikmatan yang langsung ditampung mulut mama.
“Yah, sudah keluar deh, padahal mama belum kebagian” kata mamaku sambil menelan cairan sperma yang ada dalam mulutnya. Aku jadi malu sendiri, maklum yang pertama kali kulakukan.
“Pindah ke ranjang yuk” ajak mamaku sambil berdiri menuju ranjangku. Aku ngikut aja bagai kerbau yang dicocok hidungnya. Mamaku tidur terlentang diatas ranjang masih menggunakan dasternya. Ketika kakinya diangkat agak ditekuk tampak mem*k mamaku yang dikelilingi bulu halus itu terbuka. Ternyata mamaku tidak memakai celana dalam dibalik dasternya. Membuat dadaku jadi berdebar debar melihat pemandangan yang indah itu.
“Ayo kesini!” kata mamaku sambil menarik turun celana kolor yang aku pakai. Dasar si kecilku nggak bisa melihat barang aneh, langsung terbangun lagi.
“Nah, itu sudah bangun lagi.” seru mamaku. Kudekati bagian pangkal paha mamaku, tercium olehku aroma yang keluar dari mem*k mamaku yang membuaku makin terangsang. Sambil perlahan kusibak belahan lobang kenikmatan yang didalamnya berwarna merah jambu itu. Kujilat cairan yang keluar dari dalamnya, nikmat rasanya.
“Teruskan indra, jilati bagian itu” lenguh mamaku yang merasakan kenikmatan. Kujilat dan terus kuhisap cairan yang keluar sampai tak bersisa. Setelah sekian lama bermain didaerah vagina mamaku, kuangkat kepalaku dari jepitan paha mamaku. Kulihat mamaku sudah tergolek tanpa selembar benangpun yang menutupi tubuhnya. Mungkin waktu asyik bermain dibawah tadi, mamaku mulepaskan daster yang dikenakannya. Kubuka kaos yang sedang kupakai, sehingga kami sama-sama dalam keadaan telanjang bulat. Kudekati tubuh mamaku sambil perlahan lahan kutindih sambil menghujani ciuman ke bibir mamaku. Kami berciuman sambil memainkan payudara mamaku, kuremas remas dan kupuntir puting payudara yang dulu menjadi sumber makananku pada waktu masih bayi. Tangan mamaku sudah memegang batang penisku dan dibimbingnya kearah lobang kenikmatannya yang sudah basah.
“Tekan sayang…” pinta mamaku. Dengan ragu-ragu kutekan penisku dan bless menancap masuk ke lobang vagina mamaku yang sudah licin.
Oh..nikmatnya, sambil kutarik keluar masuk kedalam lobang kenikmatan itu. Desahan napas mamaku semakin membuat aku terpacu untuk mempercepat irama pemompaan batang penisku kedalam lobang kenikmatan mamaku. Tak lama kemudian…
“Oh, aku sudah sampai sayang, kamu benar benar hebat”.
Terasa lobang kenikmatan mamaku bertambah basah oleh cairan yang keluar dari dalam dan menimbulkan bunyi yang khas seirama keluar masuknya batang penisku. Tiba-tiba mama mencabut batang penisku, padahal sedang keras-kerasnya.
“Sebentar ya sayang, biar ku lap dulu lobangya, sambil kita rubah posisi.”
Disuruhya aku telentang dengan batang penis yang tegak hampir menyentuh pusarku. Mamaku jongkok tepat diatas batang penisku. Sambil membimbing batang penisku memasuki lobang kenikmatan yang sudah mongering karena di lap dengan ujung kain daster, ditekannya pantat mamaku hingga bless, kembali si kecilku memasuki goa kenikmatan mamaku, meskipun agak seret tapi rasanya lebih enak, sambil perlahan lahan diangkatnya naik turun pantat mamaku, yang membuat aku jadi tambah merem melek. Lama kelamaan jadi tambah licin dan membuat semakin lancarnya batang penisku untuk keluar masuk. Semakin cepat irama naik turunya pantat mamaku, tiba tiba tanganya mencengkeram kuat dadaku dan…
“Aku sudah sampai lagi sayang” desah mamaku. Tubuhnya melemah dan menghentikan irama naik turun pantatnya. Tubuhnya mengelosor telentang disampingku, dan membiarkan batang penisku masih tegak berdiri. ” Aku sudah tidak sanggup lagi sayang, terseah mau kamu apain saja ” kata mamaku pelan. Aku hadapkan mamaku kekiri, sambil kuangkat kaki kanannya hingga nampak tonjolan lobang vaginanya mulai terbuka. Kumasukkan batang penisku lewat belakang sambil perlahan lahan ku pompa keluar masuk kedalamnya. Irama pemompaanku makin lama makin kupercepat sampai akhirnya tubuhku mengejang hendak mengeluarkan peluru cairan dari lobang penisku, dan crot…crot…crot muntahlah lahar dari lobang penisku. Bersamaan dengan itu mamaku mengerang lemah ” Oh sayang, aku keluar lagi “. Batang peniskupun melemah, dan keluar dengan sendirinya dari lobang petualangan. Kamipun tertidur pulas dalam keadan telanjang bulat sambil berpelukan ( kaya telletubis aja ).
Pagi harinya aku terbangun dengan keadaan segar, mamaku sudah tidak ada disampingku. Ku ambil handuk dan kulilitkan menutupi kemaluanku menuju ke kamar mandi. Di ruang makan aku berpapasan dengan mama yang sudah segar bugar habis mandi. Kudekati mamaku dan kucium pipinya dengan mesra, aroma sabun mandi tercium dari tubuh mamaku. ” Semalam kamu hebat sayang, untuk itu mama siapkan telor setengah matang dan susu hangat untuk memulihkan lagi staminamu ” bisik mamaku lembut. Sambil duduk dengan hanya dililit oleh handuk kuminum susu hangat dan kumakan dua butir telur setengah matang dengan kububuhi merica bubuk dan garam. Mamaku mendampingiku berdiri disampingku, karena tercium aroma segar sabun mandi membuat birahiku jadi naik. Perlahan lahan batang penisku berdiri menyibak lilitan handuk yang menutupinya. Mamaku terseyum melihat kejadian itu, sambil dipegangnya batang penisku berbisik ” Nanti siang aja sepulang kamu dari sekolah kita lakukan lagi “. Dengan kecewa aku beranjak menuju kamar mandi untuk bersiap siap ujian semester di hari terakhir. Tak sabar rasanya untuk segera menyelesaikan ujian hari ini, agar bisa berpetualang penuh kenikmatan

nikmatnya tubuh mamaku part 04

enak..Aahh..Oouugghh..Bibik juga mau keluar, Den.” Crroott..crroott.. Akhirnya kami berduapun orgasme bersamaan. Segera kutarik penisku dan kuarahkan ke wajah Bik Suti. Mengerti dengan maksudku penisku langsung dikulumnya. “Bik, udah larut nih. Mending Bibik tidur aja sekarang, ntar kecapekan lo.” “Iya, Den. Makasih banyak lo tadi.” “Sama-sama, Bik.” Kurebahkan tubuhku. Dengan badan masih telanjang bulat tanganku mulai memainkan penisku. Karena kecapekan aku hampir saja tertidur, tapi mengetahui pintu yang terbuka aku segera terbangun. “Hendra, kamu tadi maen yang sama Bik Suti.” “Eh, Mama. Iya, Ma. Tadi sih niatnya cuma mo minta dipijitin doang, tapi keterusan..” “Dasar kamu tuh ya yang kegatelan. Tapi kamu masih kuat kan?” “Sebenernya sih Hendra udah capek banget sih, Ma. Tapi kalo Mama mau maen, ayo!” kataku dengan semangat. Akhirnya malam itupun aku tidak tidur. Semalaman aku berhubungan sex dengan Mama hingga pagi menjelang.

nikmatnya tubuh mamaku part 03

hal itu aku semakin bersemangat. Dan akhirnya. Crott.. croott.. croott.. Akhirnya aku keluar juga, dibarengi dengan orgasme kakakku untuk yang ketiga kalinya. Tak kusadari ada seseorang yang berdiri disampingku. Ternyata itu Mama, entah sejak kapan Mama berada di situ, yang jelas Mama kini dalam keadaan telanjang bulat. “Begitu ya ternyata kalian. Kalo maen ga mau ajak-ajak Mama. Awas ya nanti kupotong uang jajan kalian.” kata Mamaku bercanda. Kucopot penisku keluar dari vagina Mbak Ani. Kulihat penisku mulai mengecil. Melihat hal itu Mama segera jongkok tepat di penisku. Diraihnya penisku dan mulai dikocok penisku di dalam mulutnya. Kuakui Mamaku ini sangat pandai dalam permainan oral sex. Tak berapa lama penisku mulai tegang kembali. Diarahkannya penisku ke arah kemaluannya. Dengan sekali dorong penisku masuk semua ke dalam vagina Mama yang sudah basah. Perlahan-lahan digoyangkannya pinggulnya. Semakin lama semakin menggila. Mamaku berteriak-teriak sambil terus mengocok penisku. “Aahh.. sakit.. apa yang kamu lakukan Ani?” Ternyata tanpa sepengatauan Mama, Mbak Ani memasukkan jemari tangannya ke dalam lubang anusnya. Mendapat perlakuan seperti itu Mama akhirnya sampai juga. “Ton.. Ani.. Mama mau sampai nih.. ahh..” Seerr.. kurasakan vagina Mama banjir seketika. Banyak juga cairan yang keluar. Seperti tidak mau kehilangan air mani Mama, Mbak Ani menjilat-jilat vagina Mama dengan penisku yang masih tertancap di dalamnya. Karena posisi Mbak Anis berlawanan denganku, vaginanya tepat di wajahku. Tak kusia-siakan keadaan ini. Ku oral vagina kakakku, kugigit dan kutarik-tarik klitorisnya yang sebesar kacang itu. Mendapat perlakuan seperti itu Mbak Ani semakin menggila menjilati vagina Mama dan penisku. Bahkan dengan gemasnya, klitoris Mamapun digigit oleh Mbak Ani. Mamakupun menjerit menjadi-jadi. Gairah Mamapun bangkit kembali. Penisku yang masih tertanam di vagina Mama dikocok lagi. Mbak Ani juga ikut mengocok penisku yang tidak semuanya dapat masuk ke dalam vagina Mama, dengan tetap menjilat-jilat vagina Mama dan penisku. Akhirnya kami bertiga orgasme bersamaan. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, mereka bersandar di bahuku. Sambil menikmati panasnya sinar matahari, kami berbaring di taman. Setelah puas menikmati teriknya sinar matahari, Mamapun berdiri dan masuk ke dalam rumah dengan keadaan tubuh masih telanjang bulat, disusul kemudian dengan Mbak Ani. Merasa ditinggal sendirian akupun juga ikut masuk ke dalam rumah setelah memakai CD-ku kembali yang ada di kolam. Hari itu badanku terasa pegal-pegal semua. Aku semalam tadi habis lembur mengerjai Mama dan Mbak Ani. Kucoba kurebahkan diriku di kasur mencoba untuk tidur. Tapi karena kecapekan badanku terasa makin sakit. Akhirnya kuputuskan untuk memenggil Bik Suti untuk memijat diriku. “Bik, bisa minta tolong ga?” kataku di balik pintu kamar Bi Suti. “Oh, Den Hendra. Ada perlu apa, Den?” “Bik, tolong pijitin aku yah, badanku pegal semua nih.” “Iya, Den.” Tanpa banyak bicara, segera saja kutarik tangan Bik Suti menuju ke kamarku. Begitu sampai di kamar, pintu segera kukunci rapat-rapat tanpa sepengetahuannya. Segera kurebahkan tubuhku di atas kasurku yang empuk itu. “Bik, kok bengong aja. Cepetan dipijitin dong, udah capek banget nih.” Bik Sutipun memposisikan dirinya disampingku. Diarahkan tangannya ke leherku. Dengan lembut dia memijit leherku dan juga bahuku. Akupun akhirnya terangsang juga dengan pijatan-pijatan Bik Suti. Kurasakan penisku terjepit, karena saat itu aku sedang tengkurap. Pijatan-pijatan Bik Suti kemudian turun ke punggungku dan ke pantatku. Ku merasa keenakan karena pantatku dipijat seperti itu. Peniskupun menjadi semakin sakit karena terjepit. Kusuruh Bik Suti untuk berhenti dan kemudian kulepas semua pakaian yang melekat hingga akhirnya aku telanjang bulat. Kulihat wajah Bik Suti memerah melihat penisku yang sudah dalam ukuran sempurna itu. Kubaringkan tubuhku lagi, dengan posisi terlentang penisku terlihat jelas di mata Bik Suti. Dengan malu-malu mata Bik Suti melirik kemaluanku. “Den, penisnya biar Bibik pijat juga yah. Pasti penis Den Hendra kecapekan, kan tiap hari dipake terus.” “Lho, kok Bik Suti bisa tahu?” “Iya, Den. Habis tiap malam Bibik ga bisa tidur mendengar suara Nyonya sama Mbak Ani yang lagi maen ama Den Hendra. Rame banget sih suaranya.” “Bik Suti mau ga maen sama Hendra?” tanyaku mencoba untuk merangsangnya. “Ah, Aden..” jawab Bik Suti malu. Digenggamnya penisku itu, lalu perlahan dipijit. Mulai dari ujung sampai pangkal penisku dipijit oleh Bik Suti. Tak ketinggalan juga dengan dua buah pelir yang menggantung di bawahnya. Pijatan pada penisku sungguh sangat enak sekali. Kuberanikan tanganku mengelus paha Bik Suti yang mulus itu. Dia diam saja. Kuraba pahanya dan terus naik hingga masuk ke dalam roknya. Kuusap-usap vaginanya yang masih terbungkus dengan CD. Kucoba memasukkan jariku disela-sela CD-nya. “Ouugghh.. tangan Aden nakal..” Bik Suti mengerang menahan rangsangan yang kuberikan. Tanpa kuduga, wajah Bik Suti mendekat ke kemaluanku. Dikulumnya penisku hingga basah semua. Bik Suti sungguh pandai mengulum penisku. Karena kurasakan aku hampir sampai kusuruh Bik Suti untuk berhenti. Kutindih tubuhnya dan segera kubuka CDnya yang masih melekat. Segera saja kuarahkan penisku itu ke lubang vaginanya. Dengan susah payah kucoba untuk menembus pertahanannya. Tapi selalu saja gagal. Akhirnya dengan bantuan Bik Suti, peniskupun berhasil masuk juga. Kodorong pelan-pelan agar tidak terlepas dari jalurnya. Perlahan kokocok penisku. Bik Suti cuma bisa merem-melek menerima serangan dariku. Tangannya meremas-remas payudaranya sendiri yang masih terbungkus bajunya. Kutarik dengan paksa baju yang masih melekat itu hingga sobek. BH-nya yang juga menghalangi kutarik dan kubuang jauh-jauh dari tempat tidurku. Segera saja kulumat payudara Bik Suti yang sudah tegang. Kurasakan lubang Bik Suti sudah basah oleh cairannya sendiri. Kocokanku semakin lama semakin kupercepat, dan akhirnya. “Bik, Hendra mau keluar nih..” “Iya, Den. Keluarin aja di dalam..Biar

nikmatnya tubuh mamaku part 02

penisku perlahan masuk setengahnya ke vagina Mama. Kurasa ini sudah mentok, karena beberapa kali Mama coba untuk menekan lebih keras lagi agar penisku dapat masuk semua, tapi keluar kembali setelah menatap ujung rahimnya. Dengan bersemangat Mama mulai menaik-turunkan tubuhnya. Gerakan naik-turun yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisiku yang ada di bawah sungguh sangat menguntungkanku. Aku dapat melihat payudara Mamaku naik-turun seiring dengan goyangan pinggulnya. Dengan gemas, kuraih payudara yang menari-nari di depanku itu. Kutarik payudara Mama mendekat ke wajahku. Kulihat wajah Mama meringis kesakitan karena payudaranya kutarik dengan paksa. Kugigit putingnya sampai berubah warnanya menjadi kemerahan. Kurasakan ada cairan putih susu menetes keluar dari putingnya saat kucucup payudaranya. Entah mengapa aku sangat suka sekali mempermaikan payudara Mamaku ini. Kurasakan otot-otot vagina Mama dengan kuat menyedot penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja vagina Mama menjepit penisku. Kulihat wajah Mama nampak makin memerah menahan orgasme kuduanya yang akan keluar sebentar lagi. “Hendra.. Ah.. Oougg.. hh.. Hendra, Mama mau keluar lagi, Hendra.” Dan.. Seerr.. Kurasakan cairan hangat membasahi penisku. Ada cairan yang menetes disela-sela pahaku saking banyaknya cairan yang keluar. “Duh, Mama kok udah keluar sih, ga mau nungguin Hendra.” “Maaf deh. Kamu juga sih perkasa banget, Mamakan udah ga tahan lagi.” Dengan sigap segera kubalik tubuhku, sehingga kini Mama berada dibawah. Tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat. Mendapat serangan yang tiba-tiba itu Mamaku menjerit-jerit kesakitan. Meskipun vagina Mama udah becek banget, tapi tetap saja terasa seret untuk penisku. Tak kuhiraukan suara Mama yang menjerit-jerit kesakitan, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otot-otot penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya. Ada sesuatu yang berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya selama mungkin agar tidak segera keluar. Tapi jepitan vagina Mama akhirnya meruntuhkan pertahananku. Croott.. croott.. Maniku keluar juga, menambah becek vagina Mama. Kubiarkan penisku tetap didalam vagina Mama untuk merasakan sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan vagina Mama tetap saja berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi. “Ma, terima kasih ya, udah mau temenin Hendra main.” kataku dengan manja. “Kamu, tuh, Hendra, kalau mau main jangan maksa dong. Masak Mamamu sendiri kamu perkosa.” “Tapi Mama senangkan?” “Iya sih!” Kata Mama malu-malu. Sejak saat itu aku dan Mama sering berhubungan sex bersama kalau dirumah lagi sepi. Kami pernah melakukannya sehari-semalam karena aku berhasil masuk ke PTN favorit. “Itu hadiah buat kamu.” Kata Mamaku sambil mengerlingkan sebelah matanya dengan manja. ***** Siang itu panas sekali terasa. Tidak seperti biasanya panas matahari makin menyengat saja. Segera kutancap motorku agar aku cepat sampai di rumah. Begitu sampai di rumah, segera saja kulepaskan seluruh seragam sekolahku dan langsung saja aku meloncat ke kolam renang. Byuurr.. terasa segar badanku ketika tubuhku berada di dalam air. Rasa gerah yang sedari tadi kurasakan hilang sudah. Setelah puas berenang segera kupanggil Bik Suti. “Bik, cepetan kesini!” “Ya, Den. Ada apa, Den?” “Bik, tolong buatin makanan dan minuman ya, sekalian tolong cuciin baju seragamku ya.” “Ya, Den.” Jawab Bik Suti sopan. Perlu kalian ketahui kalau pembantuku yang satu ini sungguh berbeda dari yang lain. Meskipun berasal dari desa, ia mempunyai wajah yang manis. Ia seumuran dengan Mbak Ani. Tubuhnya sintal, apalagi payudaranya, sungguh membuat hati berdebar-debar setiap kali melihatnya. Aku ingin sekali tahu bagaimana rasanya berhubungan sex dengannya. Mungkin sangat berbeda rasanya. Begitu makanan dan minumanku sudah diantar, segera saja kuhabiskan dengan cepat. Udah lapar banget sih. Tak berapa lama kemudian datang Mbak Ani menghampiriku. “Lagi berenang ya, Hendra?” “Iya nih, Mbak. Abis gerah banget sih. Mbak mau ga temenin Hendra berenang?” “Iya deh, tapi tunggu Mbak selesai makan dulu ya.” Setelah selesai makan, Mbak Ani menuju ke kolam renang. Aku terpesona melihat kemolekan tubuh kakakku ini. Dengan hanya mengenakan bikini, lekukan tubuhnya sungguh sangat menggugah gairahku. Kurasakan penisku mulai menegang. Kami berenang sambil bermain lempar bola. Kadang dengan kusengaja, seringkali aku menyentuh belahan vagina maupun payudara kakakku. Tapi kakakku hanya diam saja. Tidak telalu memperdulikan dengan tindakanku. Pikiran-pikiran kotor mulai merasuk ke dalam otakku. Aku berfikir bagaimana caranya untuk dapat menikmati tubuh kakakku saat itu juga. Habis sudah hampir seminggu aku tidak pernah main lagi sama Mama. Tanpa sepengetahuan kakakku, kupelorot CD-ku sendiri. Penisku yang sudah tegang dari tadi tampak melayang-layang terkena ombak. Kudekati kakakku dari belakang, dengan tiba-tiba kuraba-raba dan kuremas payudaranya. “Eh, Hendra. Ngapain sih kamu pegang-pegang payudara Mbak?” “Nggak pa-pa kan? Abis Hendra terangsang banget melihat kemolekan tubuh Mbak.” Mbak Ani hanya diam saja. Aku semakin berani meremas-remas payudara kakakku. Kucopot BH-nya, dan sambil menyelam aku melumat payudara kakakku di bawah air. Sambil menyelam minum susu, pikirku. Kulumat-lumat payudaranya, terkadang kutarik dan kuremas dengan keras, sehingga membuat kakakku makin bergairah. Aku muncul ke permukaan air, kucari bibir kakakku dan kucium dengan buasnya. Tangan kakakku meraba-raba selakanganku, mencari benda tumpul yang mulai tegang. “Hendra, kamu tadi berenang ga pake CD ya? Dasar, jorok kamu.” Dielusnya dengan lembut benda kesayanganku itu. Dikocoknya perlahan dan menjadi semakin cepat. Kurasakan ada dorongan dari dalam penisku yang mencoba keluar. Kucoba untuk menahan, tapi kocokan kakakku yang semakin cepat membuat aku mengeluarkan maniku di dalam air. Kulihat maniku yang berenang keluar melayang-layang di air. Dibiarkannya aku beristirahat sebentar, sambil menunggu aku pulih kakakku mencumbu mulutku dengan buasnya. Kumasukkan jemariku ke dalam vagina kakakku. Kukocok terus hingga akhirnya kakakku mencapai orgasmenya yang pertama. Seiring berjalannya waktu, penisku mulai tegang kembali. Tanpa memberitahu kakakku, kodorong dengan paksa penisku untuk dapat masuk kedalam vagina kakakku. Mbak Ani berusaha untuk menjerit, tetapi jeritannya tertahan karena mulutnya sedang beradu dengan mulutku. Kumaju-mundurkan pinggulku mengocok vagina kakakku. Sungguh sensasi yang luar biasa berhungan sex di kolam renang. Otot-otot vagina kakakku semakin lama semakin berdenyut dengan cepat seiring dengan makin cepatnya goyanganku. Kurasakan penisku mulai basah dengan cairan kewanitaan kakakku. Karena aku belum sampai makin kupercepat saja goyanganku. Tetapi karena berada di dalam air tubuhku menjadi berat. Dengan penisku masih berada dalam vagina kakakku, kuangkat tubuhnya keluar dari kolam, dan kurebahkan tubuhnya di atas rumput taman. Karena punggungnya bergesekan dengan rumput, kakakku menjadi bergairah kembali. Melihat

nikmatnya tubuh mamaku part 01

Nikmatnya tubuh Mamaku

image
Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget. Di rumah sendirian, ga ada yang menemani. Mama lagi pergi arisan, Mbak Ani kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar. Bener-bener deh aku kesepian di rumah. “Daripada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,” pikirku. TV mulai kunyalakan, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangasang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme. Tiba-tiba.. “Hendra.. apa yang kamu lakukan!!” teriak sebuah suara yang aku kenal. “Mama..?!” Aku kaget setengah mati. Aku bingung sekali saat itu. Tanpa sadar kudekati Mamaku yang cantik itu. Tiba-tiba saja aku mendekap tubuh Mamaku yang bahenol itu. Kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi. Mama mencoba untuk berontak. “Hendra.. ingat, Ton. Aku ini Mamamu?!” teriak Mama mengingatkanku. Aku tak lagi peduli. Salah Mama sendiri sih. Orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya kuremas-remas sampai Mama menjerit kesakitan. 10 menit aku melakukan hal itu, kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari Mama. Nampaknya Mama mulai terangsang juga. Diraihnya penisku yang menggelantung, tangan mungilnya mulai mengocok penisku yang kubanggakan. Dengan perlahan kubuka baju Mama. Satu demi satu kancingnya kulepaskan, dan perlahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka baju dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara Mama yang padat berisi. Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, membuat gairah Mamaku semakin berkobar. “Uuhh..aahh..Terus, Hendra. Ya..terus..Oohh..” erang Mamaku demi menahan nikmat yang dirasa. “Ma..capek nih berdiri. Pindah ke kasur aja yah..” pintaku. “Ya deh..” suara Mama bergetar menahan gariah yang tertunda. Kugendong tubuh Mama yang setengah telanjang itu menuju ke kasurku sambil tetap kuciumi kedua payudaranya. Kurebahkan tubuh mungilnya, dan segera kutindih tubuh Mamaku itu. Kuremas payudara sebelah kanan, sedangkan mulutku ini mengulum dan mencucup yang kiri. Dengan bantuan Mama, kubuka rok mini Mamaku. Ciumanku turun ke pusarnya. Usapan lidahku diperutnya membuat tubuh Mamaku semakin bergelinjang tak karuan. Setelah kurasa cukup bermain lidah di perutnya, kugigit CD Mama, dan dengan gigiku kutarik CD-nya. Dengan susah payah akhirnya berhasil juga aku membukanya dengan cara tersebut. Terdiam ku sejenak, demi melihat keindahan vagina Mama yang terpampang jelas di depanku. “Hendra, kok malah melamun sih? Kenapa?” “Ah..enggak, Ma. Hendra kagum aja ama vagina Mama. Indah, Ma.” “Ah..kamu bisa aja. Jangan cuma dipandangi aja dong.” Vagina Mama sangat indah menurutku. Disana terdapat rambut yang lebat, dan bentuknya sungguh sangat menggairahlan. Kudekatkan wajahku keselangkangan Mama. Tercium bau khas seorang yang wanita yang dapat membangkitkan gairah lelaki. Kusapukan lidahku di garis vertikal itu. Tubuh Mama membusur menerima usapan lidahku di sana. Kutarik klitorisnya, kugigit kecil, kukulum dan terkadang kutarik-tarik. Nampak dari wajahnya, Mamaku menikmati permainanku di daerah kemaluannya. Kumasukkan ketiga jariku sekaligus, kubiarkan sejenak, kurasakan lembab di sana. Dengan perlahan kumaju-mundurkan jemariku. Perlahan tapi pasti. Tanganku yang satunyapun tak tinggal diam. Kutarik klitorisnya, kupuntir dan kupilin, membuat tubuh Mama semakin bergoyang tak karuan. Akupun semakin bergairah melihat tubuh Mamaku seperti itu. Semakin cepat aku mengocok vagina Mamaku, bahkan aku mencoba untuk memasukkan kelima jariku sekaligus. Tak lama kemudian kurasakan jepitan vagina Mama semakian kuat, kupercepat kocokanku. Mata Mama membeliak ke atas dan digigit bibir bawahnya yang seksi itu, kemudian. “Ah..Mama mau sampai, Hendra. Ah..ah..” Dan akhirnya, Seerr.. cairan kewanitaan Mama membasahi jemariku. Kucopot jemariku dari liang kewanitaan Mama, kuturunkan wajahku dan kujilat habis air itu sampai tak tersisa. “Hendra, kamu hebat juga yah. Hanya dengan jemarimu saja Mama sudah bisa orgasme seperti tadi..” kata Mamaku terengah-engah. Kami terdiam sejenak untuk memulihkan tenaga. Mamaku bersandar dibahuku dengan tersenyum puas. Jemari lentik Mama bermain-main manja mengelus dan mengusap penisku yang masih saja tegak mengacung. “Hendra, punya kamu gede juga ya. Punya Papamu dulu aja nggak sampai segede ini.” “Ah, Mama. Hendra kan malu.” “Ngapain juga kamu malu, toh memang benarkan.” Jemari lentik Mama masih saja memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan Mama tak mau lepas dari situ. “Ma, kok didiemin aja. Dikocok dong, Ma, biar enak.” “Hendra, Hendra..kamu keburu nafsu aja.” Perlahan Mama pindah ke selangkanganku. Digenggamnya penisku dengan kedua tangannya, dijilatnya kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut Mamaku. Dijilatnya selutuh batang kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang terlewat dari sapuan lidah Mama. Dikocoknya penisku didalam mulut Mama, tapi tak semuanya dapat masuk. Mungkin hanya ¾ nya saja yang dapat masuk ke mulut Mama. Kurasakan dinding tenggorokan Mama menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga Mama mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, Mama semakin cepat mengocok batang kemaluanku. “Ma.. ah.. aohh.. Ma, Hendra mo keluar, Ma.” Akhirnya..Croott..croott..croott.. Hampir sepuluh kali cairan itu menyembur dari ujung penisku. Diminumnya dengan rakus maniku itu. Dijilatnya semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar tetapi penisku tetap saja tegar meski tak seberapa keras lagi. Melihat itu, Mamaku menggosok-gosokkan penisku di vaginanya. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina Mama, penisku mulai mengeras kembali. Digengamnya penisku dan diarahkan ke lubang peranakannya. Dengan sedikit gerakan menekan,

ngentot mama lina part 03

“Jangan berhenti Ren ….. , Mama puas…., Mama ahhkk…. Mam….., Mama menikmatinya Ren ……. Uhhh…..”
“Kamu apain Ren……, Tobat anakku….., ampun … Mama ……..ahkkkkk ahhhhhhh enak Ren……,”Aku tidak perdulikan ocehannya, terus aku jilati vaginanya yang semakin basah, kutahan pinggulnya dengan kedua belah tangan ku agar tidak menggangu permainan ku dengan rontakan nya.
Tiba – tiba aku rasakan kepala ku diangkat keatas dan kulihat Mama Lina sudah duduk dihadapan ku, dengan cepat kedua tangan Mama Lina meraih ikat pinggang dan kancing celana ku, dan membuka resliting celnaa ku. Kurasakan darah ku mengalir cepat dan bulu roma ku berdiri pada saat tangan kanan Mama Lina menelusup masuk kedalam celanaku dan mengelus batang kemaluan ku.
Ku diamkan saja apa Maunya. Mama lina terus mengelus sembari meremas remasa kelamin ku. Dengan tidak sabar di pelorotinya celana ku, dan karena posisi kuberdiri dengan lutut diatas tempat tidur dihadapan Mama Lina, sehingga gerakan tanganya melorotkan celanaku dan celana dalam ku berhenti di lutut ku, tapi itu semua sudah cukup untuk membuat kemaluan ku tidak tertutup lagi
“Ren ….. besar sekali kamu punya “ di berkata sambil mengelus-ngelus batang dan kantong biji kemaluan ku.
“Ren apa tidak sakit Ren …., Mama kan sudah lama tidak dimasuki ……”
“Tidak Ma….., Nanti Rendy akan pelan – pelan dan Mama akan merasakan nya nikmat..”
Dan ahhhhhk….., tersentak nafasku, Mama Lina sudah mengulunm ujung batang kemaluan ku, dihisapnya dan sambil memaju dan memundurkan kepalanya aku rasakan setengah batang kemaluan ku sudah masuk kerongga mulut Mama Lina. Aku biarkan dia menikmatinya sambil membuka baju ku, setelah itu, aku membuka baju Mama Lina yang sudah terlepas kancingnya tadi.
Sambil Mama Lina menikmati Batang kemaluanku, kedua tanganku juga meremas-remas buah dadanya dan sekali mengelus punggungnya dan yang lainnya. Pokoknya hampir seluruh badannya aku elus. Ciuman Mama Lina di batang kemaluan ku berhenti dan kedua tangan ku diraihnya, dan ditariknya sambil Mama Lina merebahkan kembali Badan nya, maka badan ku pun tertarik merebah menimpa diatas badannya.
” Mama sudah tidak sabar lagi kepengen meraskan batang milik anak Mama yang besar itu Ren ..”
“Iya … Sayang …. “ Sambut ku sambil menyambar bibir mungil Mama Lina.
Sembari mencium, pinggulku ku gerak-gerakan untuk mengarahkan Batang sakti ku masuk ke mulut Vagina Mama Lina yang sudah sempit lagi itu. Kurasakan Batang ku sudah menempel di Vaginanya, dan aku rasakan Mama lina mengangkat pinggulnya untuk menekan rapat kebatang kemaluanku.Kuangkat pantat ku dan pelan kuarahkan ujung batang kemaluan ku tepat di tengah lubang yang basah ini, kutekan pelan-pelan dan ahkkkk tersentak badan Mama Lina.
“Sakit Ma ……??”, Tanya ku dan Mama Lina tidak menjawab dia hanya mendesih…. Ehhhhhhh. Aku terus menekan sedikit demi sedikit, masuk sudah setengah kepala batang kemaluan ku…..Kutekan terus dan sekarang seluruh kepala kemaluan ku sudah masuk di lobang nikmat ini…… Kutekan terus per lahan dan pelan dan masuk lah setengah Batang ku tapi Mama Lina berteriak…..
“Aduhhhhhh … ahhkkk…”Aku hentikan gerakan menekan ku dan akubertanya :
“Sakit Ma……,??”Dia mengangguk tapi kedua tangannya memegang pinggul ku seakan tidak membolehkan aku mencabut batang ku dari vaginanya.
Aku berfikir, baru setengah sudah sakit dan terasa terjepit. Memang Batang ku cukup besar diatas normal sementara Mama Lina tipikal tubuh badan pribumi yang mungil dan memiliki barang yang sempit, aku jadi penasaran dan ingin merasakan nikmatnya kalau seluruh batang ku masuk. Perlahan kugerakan lagi pantatku menekan kedalam, lembut sekali dan sangat perlahan.
“Ehh… ahhh…, Ren…. Ahhhhh…. Iya ehhhh ahh …. Ren …..,” itu lah suara yang keluar dari mulut Mama Lina seiring gerakan ku naik turun yang menyebabkan barang ku keluar masuk.
Sedikit -sedikit gerakan menekan kedalam aku tambah sehingga batang ku yang masuk semakin dalam. Aku rasakan diujung batang ku seperti di hisap-hisap, alangkah nikmatnya, aku hampir tidak tahan. Aku perkirakan semua batang ku sudah ambles kedalam karena terasa hangat dan nikmat. Dengan lembut aku rapatkan selangkangan ku sambil kedua tangan ku menguak dan mengangkat kedua kaki Mama Lina. Ku tekan rapat-rapat dan ku gerakkan memutar pinggul ku dengan pahaku menempel rapat dan semua batang ku telah masuk.
“Ren ….. nikmat sekali ren, sudah lama sekali Mama tidak merasakan seperti ini, kamu pandai bermain seks … Nak… Mama … bisa ketagihan Ren….”Aku terus memutar pinggul ku dan menciumi lehernya sambil merapatkan badan ku.
“Mama bisa minta kapan saja ….., Mama tinggal telepon dan Rendy pasti melayani Mama ……”
“Ma ….. punya Mama masih enak, rapat dan menghisap …., Rendy menikmatinya Ma…..”
“Ahhhkk Ren …., goyang ehhhhh, goyangnya lebih cepat sayang ….., Mama kayaknya mau dapat “
“ahhkkkk Ren ,,,, ya…. Uhhhh ……hekkk .. Ren……”Aku hentikan sejenak goyangan ku dan kuperbaiki posisi ku dengan sedikit menarik dengkul ku agak menekuk agar pada saat dapat nanti aku bisa leluasa mengankat dan menekan pantat ku dengan leluasa.
“Jangan berhenti sayang …..”
“tenang Ma…. Kita dapatnya bareng, … pada saat dapat nanti Rendy akan keluar masuk kan punya Rendy biar Mama lebih nikmat lagi…. Kalau dapat Mama bilang Ya…..” aku sudah mulai menggoyang pinggul ku dengan merapatkan panggkal paha ku.
“Ma…. Sekarang nikmati, pejam kan mata Mama ….” Ku goyangkan terus berputar pinggul ku makin lama makin cepat.
“Ren …. Ahhhh, terus Ren…., Terus Sayang,….. auuu… ahh…., ya…. Ren….Ya……”
“Uh ……ahhhh, eeeenak,,,, sekali anak ku….., kamu…. Ahhhhh, goyang … tekan,,,,,,” Semakin mengejang seluruh badan Mama Lina dan goyangan ku semakin cepat berputar.
“Ren… ahhhh, Ren …. Reennnn , Mam ….. ahhhh, ahhhh .., Ren ……. Dah……., Mama mau ….., Mama keluar anakku…..” Mendengar perkataan itu aku pun mempercepat goyang ku.“Ren…. Enak Ren,,,,,,,… terus Rennn…” aku tekan dan aku goyang terus, sambil aku menahan agar aku tidak keluar. Sengaja aku lakukan agar Mama Lina puas dulu baru aku keluar.
“Dapat yang panjang …. Ma,….. Ah,….. yang lama … Ma …. Puaskan Ma……”
“Mama puas Ren,,,,,…. Terus Ren,,,,,,,. Ahhhhh, ahh huhhhh…. Kamu dapat juga sayang …. “
Aku hentikan goyangan ku dan dengan segera aku ganti dengan gerakan naik turun.
“Au …. Ahh… Ren ,,,,, , ya…. Ren… yang kayak gini makin nikmat Sayang…..”
“Puas…. Puas…. Aduhh… enak sekali…. Ahhhhhh, yam,,,yahhhhhhh terus Ren …….” Gerakan naik turun ku semakin cepat dan batang ku terasa semakin keras nafas ku semakin tidak teratur.
“Ma… ahhhh, Ma….., ya….. Mama Sayangg ……, enak sekali Ma…., Punya Mama kering ……, auuu Aduhhhh”
“Ahhhhh, Mam…. Rendy mau dapat Ma….”
“Dapat lah Sayang …. Dapatlah…., semburkan semua …… Mama sudah puas sekali….”
“Ayo …. Ayo Manja……”Akupercepat gerakan ku sehingga bunyi yang terdengar semakin berdecak, agak kutegakkan badan ku mengambil posisi siap untuk menembakkan cairan dari Batang ku.
“Rendy dapat Ma …., Keluar ahhhhhh Ma,,,,,,,”.
“Re…. Mama juga rasakan sayang…., hou…. Keras sekali sayang,,,,,,,, terus Nak……, puaskan manja….”
Semburan mani ku banyak sekali dan berulang ulang, tidak tahu berapa kali, dan gerakkan ku makin pelan dan akhirnya tubuh ku lunglai menimpa tubuh kecil Mama Lina.Aku masih terkulai diatas Mama lina sementara batangku belum kucabut dan masih kurasakan denyutan-denyut liang vagina Mama lina.
Perlahan aku jatuh kesamping kanan Mama Lina yang sedang terbaring lunglai juga, aku masih memejamkan mata ku sambil menikmati permainan yang baru saja selesai. Mama Lina memiringkan badannya menghadapku dan tangan kirinya melingkari dada ku, dan menciumi pipi ku.
“Mama puas sekali Ren…, Terima kasih Na……,”dia terus menciumi pipi ku dan aku melirik sambil tersenyum. Kulihat dia sedang menyibak selangkangannya dengan tissue yang ada di meja samping tempat tidur, dan setelah selesai Mama lina bangkit duduk mengelap batang ku.

ngentot mama lina part 02

” Mama pusing Ren.. Mama udah enggak kuat lagi” Kemudian tangan kiri ku mengait pinggul Mama Lina setengah memeluk dan berkata,
“Ya.. sudah Ma, kita pulang aja, kalau masih ada yang kurang belanjaannya bisa dibeli di warung dekat rumah aja” Tanpa menunggu jawaban Mama Lina, sambil tetap merangkulnya tangan kanan ku meraih kereta dorong belanjaan dan berjalan menuju Kasir.
Selesai membayar semua belanjaan aku pun meminta petugas kasir untuk membantu membawakan barang ke Mobil, sementara aku berjalan didepan sambil merangkul Mama Lina. Yang kurasakan sekarang buah dada Mama Lina menempel di rusuk kiri ku, dan nafasnya yang wangi sangat terasa disisi pipi ku. Setibanya di Mobil aku pun membukakan pintu dan membimbing Mama Lina masuk ke Mobil, perlahan aku dudukan dan kurebahkan ke kursi yang berada disebelah supir, dan sambil kedua tangan ku menahan badan Mama Lina rebah, tersenggol lah kedua sisi buah dadanya oleh tangan ku, aduh… alangkah kerasnya tuh buah dada.
Diperjalanan pulang kutanyakan apakah perlu diperiksa ke dokter, tapi Mama Lina mengatakan tidak perlu, karena dia hanya merasa pusing biasa, mungkin masuk angin. Aku pun menyetujui dan langsung mengarahkan mobil ke rumah Mama Lina. Kusempatkan memegang kening Mama Lina dengan tujuan memeriksa apakah badannya panas atau tidak. Kupalingkan pandangan ku sekali sekali kearah Mama Lina yang tiduran disamping.
“Masih pusing Ma….., Tanyaku.
“Sedikit ….. ” jawabnya singkat.
“Ntar juga sembuh Ma …….”.
Pembicaraan kami terhenti dan diam beberapa saat.Mobil aku parkir didepan rumah, dan dengan bergegas aku turun terus menghampiri sisi pintu kiri mobil untuk membukakan pintu bagi Mama Lina, pintu pun ku buka, kulihat Mama Lina terasa berat mengangkat badannya dari Jok Mobil.
“Bantu Mama dong Ren…., dasar tidak bertanggung jawab ” hardiknya manja.
Akupun langsung merangkul pinggulnya turun dari Mobil dan langsung memapah kedalam rumah. Setibanya didepan pintu masuk Mbok Atik pembantu Mama Lina membukakan pintu dan aku sambil membopong Mama Lina memerintahkan Mbok Atik untuk menurunkan barang serta menguncil kembali mobilnya.
“Mama mau tiduran di Sofa atau dikamar?”
“Dikamar aja Rend” Kami pun menuju kamar, dan aku langsung membaringkan Mama Lina terlentang di tempat tidur. Mama Lina pun berbaring sambil memegang kepalanya.
“Rendy balur minyak kayu putih dulu ya.. perut Mama, setelah itu Rendy pijit kepala Mama” Pintaku.
Mama Lina diam saja, dan aku mengartikan dia setuju, akupun langsung beranjak mengambil minyak kayu putih yang tersedia di tempat obat. Kuangkat sedikit baju kemeja bagian bawah Mama Lina sampai batas rusuk bawahnya, dan akupun membalurkan minyak kayu putih tadi, dengan lembut aku lakukan.
“Ma … Kancing celana Mama di lepas ya… biar lega bernafas” Aku tahu dia pasti tidak menjawab dan aku pun langsung melepas kancing celana nya.
Selesai aku membalur bagian perutnya dan tanpa meminta ijin aku membalur bagian dada atasnya, saat itu Mama lina kuperhatikan sedang memejamkan matanya sambil kedua tangannya memegangi kepala. Dan aku duduk diatas tempat tidur disisi kanan Mama Lina. Sesuai janji ku, selesai membalur akupun mulai memijit kepala Mama Lina, perlahan kutarik kedua tangannya kebawah, dan tanpa kusadari tangan kanannya jatuh diatas pangkal paha ku hampir mengenai punya ku.
Perlahan aku pijit dengan lembut kepalanya, dia pun menikmatinya, tiba-tiba aku teringat pemandangan yang indah sewaktu di supermarket tadi, dua gundukan daging yang menggairahkan, seketika itu juga pandangan ku berpindah ke dada Mama Lina, tapi sial yang terlihat hanya bagian atasnya, bajunya hanya terkuak sedikit pada saat aku membalurkan minyak kayu putih pada bagian dada tadi.
“Ren …. Jangan pulang dulu…, temani Mama sampai enakan” Aku terkejut dengan suara tadi dan akupun memalingkan muka ku kearah wajah Mama Lina, sambil mengangguk.
Pijitan ku terus pada kepala Mama Lina, dan Dia pun kembali memjamkan matanya.Terasa capek karena posisi ku memijit agak membungkuk, akupun pindah duduk di lantai karpet. Sekarang posisi memijit ku sambil duduk dilantai dengan kepala aku tidurkan ditempat tidur, pas berada disamping karena buah dada Mama Lina.Karena mungkin terlalu capek, akupun tertidur pulas, ada mungkin 15 menit, dan aku terbangun karena tekanan buah dada sebelah Kanan Mama Lina pada ubun-ubun kepala ku.
Kuangkat kepala ku, kudapatkan Mama Lina sedang tidur miring kekanan menghadap ku, dan tanpa kusadari sekarang pipi ku menempel langsung pada bagian atas buah dada kanan Mama Lina. Aku tidak berani bergerak, kudiamkan saja pipi ku menempel, tapi barang ku mulai bergerak mengeras. Ada lebih kurang satu menit aku terdiam pada posisi ini, dan tiba-tiba Mama Lina memindahkan tangan kirinya yang sedari tadi di atas paha nya ke bahu ku tepat dibawah leher, seolah-olah memeluk ku. Gerakan Mama Lina tadi menyebakan bajunya yang terkuak nyangkut di dagu ku dan tertarik kebawah, sehingga makin terbuka lebar buah dada yang terbuka, dan kepala ku juga ikut terdorong kebawah dengan posisi tidur Mama Lina masih miring dan yang menyenangkan bagi ku ialah putting susu kanan yang kecil mungil tadi berada satu centimeter diujung bibir ku.
Aku heran dan gemeter, apakah ini sengaja dilakukan oleh Mama Lina, dan apakah dia benar-benar tidur sehingga tidak mengetahui keadaan ini. Sementara fikiran ku bertanya-tanya tanpa kusadari lidah ku sudah mulai menjilati pinggiran putting yang kecil mungil dan halus itu, terus aku jilati sepuas ku dan perlahan aku geser kepala ku sedikit agar lebih dekat dan dapat mengisap serta mengulumnya. Kini aku isap putting yang menggairahkan itu.
Mama lina masih memejamkan matanya, entah tidur atau tidak tapi aku sudah tidak perduli lagi dan perlahan aku buka satu lagi kancing baju atasnya, agar aku bisa lebih leluasa menjilati buah dada yang indah ini. Tiba-tiba ada gerakan pada kaki Mama Lina, dan dengan segera aku lepas kuluman bibir ku di putting Mama Lina dan aku ber pura-pura tidur, wah bener Mama Lina menggerakkan badannya dan berpindah posisi miring membelakangi ku.
Untuk beberapa saat aku terdiam sambil memperhatikan punggung Mama Lina, namun fikiran ku terus merayap mencari akal agar aku dapat menikmati buah dada yang montok tadi, maklum nafsu ku sudah mulai tidak bisa dibendung, untuk pulang kerumah menyalurkannya perlu waktu lagi, sementara disini sudah mulai dapat kesempatan, apalagi aku tahu Mama Lina sudah bertahun-tahun tidak pernah di sentuh barang sakti, pasti vaginanya sudah mulai rapat dan ketat lagi.Akhirnya aku putuskan untuk memberanikan diri naik ketempat tidur dan berbaring disebelah Mama lina dengan posisi miring menghadap punggung Mama Lina.
Untuk beberapa saat aku merfikir memulainya dari mana, aku bingung, tapi akhirnya aku putuskan untuk memeluk Mama Lina dari belakang dengan melingkarkan tangan kanan ku ketengah dadanya. Perlahan ku tempelkan telapak tangan ku bagian atas buah dada kiri Mama Lina, wah…. benjolannya masih keras, pelan ku gerakkan tangan ku turun ke bagian tengah buah dadanya, sekarang posisi tangan ku sedang mempermainkan putting buah dada Mama Lina sambil sebentar – sebentar meremasnya.
Kurasakan badan Mama Lina bergerak dan akupun berhenti dalam permainan ku sejenak dalam posisi masih memeluk Mama Lina dan tangan ku masih berada diatas gundukan buah dada Mama Lina. Bersamaan akan aku mulai lagi permainan ku tadi, karena aku anggap Mama Lina sudah pulas lagi, ku dengar suara serak dan parau dari sebelah ku.
“Ren dari tadi Mama tahu kalau Rendy mimik, dan sekarang pegangi susu Mama “ suara ini datangnya dari Mama Lina. Aku sangat terkejut dan kaku sekujur tubuh ku, takut dan bersalah.
“Ma …..” belum selesai aku berbicara tiba–tiba tangan ku yang berada diatas buah dada Mama Lina dipegangnya dan ia berkata
“Tidak apa-apa Ren……., kalau kamu masih belum puas teruskan aja, asal kamu bisa memberi kesenangan pada Mama”
Tanpa menunggu aba-aba lagi dari Mama Lina, aku segera menarik badan Mama Lina sehingga pada posisi telentang, dan karena kancing bajunya sudah terbuka setengah maka terkuak lah buah dada yang aku remas -remas tadi.
“Rendy akan memberikan kepuasan yang telah lama hilang dari Mama malam ini” selesai berkata demikian, aku langsung menerkam dan melumat bibir mungil yang dihadapan ku.
Permainan bibir berjalan sangat panjang, kami saling bertukar menghisap bibir atas dan bawah, saling mempermainkan lidah, bagaikan dua orang yang sudah lama tidak berciuman.Permainan bibir dan ciuman kuhentikan dan aku berkata lembut sambil memandangi mata Mama Lina yang sudah mulai layu.
“Mama sudah puas ciuman Ma ……..” dia tersenyum dan mengangguk.
“Sekarang Mama nikmati ya……., Mama diam dan nikmatilah, Rendy akan memberikan kesenangan yang Mama minta”
Perlahan aku pelorotkan badan ku yang ada diatas Mama Lina turun kebawah, sehingga muka ku persis diatas dada Mama Lina. Ku ciumi lembut leher kirinya dan perlahan berputar ke leher sebelah kanan, setelah puas dengan ciuman di leher, ciuman aku pindahkan kebagian atas dada Mama lina.
Pertama aku ciumi dan aku jilati gundukan kedua dadanya, dan bergeser kebagian tengah, kini aku kitari keliling gundukan buah dada yang kanan dan sekarang yang kiri. Perlahan ku rambatkan juluran lidah ku keatas puting susu kiri Mama lina dan kuisap sedikit-sedikit sambil menggigit halus. Kuraskan kedua tangan Mama Lina mulai mendekap badan ku, dan kurasakan juga Mama Lina mulai menggerak-gerakkan pinggulnya yang kutahu dia sedang mencari ganjalan agar menekan tepat dibibir vaginanya. Aku pindahkan lagi kuluman dan permainan bibir ku ke putting susu Mama Lina yang sebelah kanan, Mama lina makin bergerak agak cepat, dia mulai terangsang penuh.
“Enak Ma….., ???Mama Senang .??…..”sambung ku lagi.
“Ren …. Mama senang, Mama Puas….., Kamu pinter, kamu lembut …….anak manis, …… Mama sudah lama sekali tidak merasakan ini, Mama ….mau kalau setiap ketemu Kamu cium dan mimik Mama………”“Ren ……, lagi nak ……., jangan terlalu lama ngobrolnya, teruskan aja apa yang kamu mau lakukan, Mama pasti senang”.
“Cium lagi Ren ….., Mimik lagi anak manja …..’”
Aku pun meneruskan permainan lidah ku di kedua susu yang mentul dan keras itu. Perlahan ciuman dan jilatan ku turun ebawah sambil aku melorotkan lagi badan ku, kini kaki ku sudah menyentuh lantai. Ku ciumi perlahan perut Mama lina terus kebawah sambil membuka resliting celana Mama lina.Sekarang posisi ciuman ku sudah berada dibagian bawah pusar Mama Lina, kira-kira satu centi lagi diatas klitoris Mama lina.
Badannya mulai bergerak tidak menentu, pinggulnya naik turun seakan ingin segera ujung lidah ku menyentuh belahan yang sudah mulai membasah ini, sesekali kudengar suara desis dari bibir mungil Mama Lina dan nafas yang sudah mulai tidak menentu.
“ahhkk…. Hek …….ehhhh, yaa…hhhh Ren……”
Perlahan kutarik dan lepaskan celana jean dan sekaligus celana dalam Mama lina, badan dan kakinya ikut dilenturkan agar mudah aku melepaskan celana yang menutupi vaginanya.Sekarang celananya sudah terlepas tidak ada lagi yang menutupi kulit mulus Mama Lina dari pusar kebawah, sementara kancing baju yang dipakainya sudah kubuka semua dan telah terbuka lebar.Aku terdiam sejenak dan memandangi tubuh mulus Mama Lina yang sedang telentang pasrah sambil memejamkan matanya. Kupandangi dari kedua buah dadanya sampai ketengah selangkangannya yang menjepit vagina yang ditumbuhi bulu halus dan pirang, Berulang kali aku pandangi, akhirnya aku terkejut oleh suara Mama Lina.
“Anak manja …….., apa sudah selesai kamu puaskan Mama, …..atau Mama cukup kamu pandangi saja seperti itu??”
“Tentu tidak Mama sayang ……, Mama akan mendapatkan kepuasan yang belum pernah Mama dapatkan sebelumnya,. …..tapi Rendy tidak akan menyia-nyiakan pemandangan yang langka ini, jadi Rendy puas-puaskan dulu memandangi Mama….”
“Ayo lah Ren…., mama sudah tidak sabar lagi merasakan kepuasan yang kamu janjikan….., kamu bisa memandang Mama kapan saja dan dimana saja nanti, Mama pasti kasih asal kamu selesaikan dulu sekarang”
Tanpa menjawab apa-apa lagi aku pun berlutut diujung kakinya du tengah kedua kakinya. Perlahan aku elus dengan kedua tangan ku kedua kaki Mama Lina mulai dari bawah betisnya sampai kepangkal pahanya ber-ulang kali naik turun sambil kedua ujung jari ku menyentuh sekali-sekali bibir kiri dan kanan Vaginannya. Rangsangan mulai dirasakan Mama Lina, kaki dan pinggulnya mulai bergerak dan kejang-kejang. Melihat hal itu aku langsung membungkuk dan menjilati sekeliling bibir Vagina Mama Lina.
Tercium aroma khas vagina yang terawat dan basah….., dan aku yakin kalau vaginan ini sudah bertahun-tahun tidak disentuh benda keras, kelihatan rapat dan tidak berkerut seperti genjer ayam, satu keuntung besar aku dapatkan. Permainan lidah ku berlangsung semakit lincah dan sembari menggigit dan menghisap bagian klitoris yang benar sensitive itu.
“Ren…. Enak sekali Rennnn ……., kamu benar ……, Mama belum pernah merasakan jilatan seperti ini …… sungguh sayang …., ahhhkkk Ren …..ahhhh ehhhhhhhlk kkk….. “ sambil bergumam Mama lina menarik rambut ku dengan kedua tangannya agar aku merapatkan dan menekan bibir ku kuat ke Vaginannya.

ngentot mama lina part 01

dalam…pasti udah mo ngerasain kontolku lagi yah…langsung kujilati saja memeknya…sluuurppr..sluurprp…o ughhs…hmmmmss..masss …achhh…mass…setelah sekian menit langsung ku angkat kakinya satu di atas tempat tidur dan kutusukan kontolku ke memeknya…blessssss….srelllpp…. slleeeeeppp…bleessss ….ooouughhh…massssss….nikkmmaa ttt….sssss…cloopp.cl op..karena waktu yang terbatas…aku semakin cepat memompa memeknya.croooppp..cloppp..bun yi paha kita beradu…sluruuru…belssslsss..ss sshh..masss aku sungguh tidak bisass melupakanmu…ooohhh..liiaaa…mme mekmu sungguh legiiit…slreeepp..sloopp..cepa tan mas…langsung ku pompa lebih cepat lagi dan akhirnya…oooooohhhh…aaaaaaaahh hh lia…siaapp aku mo keluar…uuggghhh…croooot.crooto tt…croooot…pejuku keluar langsung mengisi rahimnya lagi…dan ooohhh mas…sungguh nikmat kontol dan air manimu itu “sahut lia..langsung tak lama pengumuman dari ABK bahwa setengah jam lagi kapal akan bersandar di Pelabuhan tanjung priok…serta merta kita berdua bergegas merapikan kembali pakaian dan lia kembali ke kamarnya dan aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lagi..sebelum aku mandi ku bilang sama dia; pake celana dalam mu yah, soalnya nanti bisa diliat orang dan takutnya nanti aku minta lagi neh”ujarku…dibalasnya lia dengan memegang kontolku…hmmmmm…kontol yang nikmat”ujarnya..
Kapal sudah berlabuh di pelabuhan dan kita berdua sudah tiba di dermaga dan saat nya kita berpisah..masing-masing dari kita memberikan alamat rumah dan berharap di lain waktu kita bisa bertemu lagi…lambaian tanganku menyertai kepergian lia dan anaknya ke kampungnya…Oh lia…engkau memang birahi yang tak pernah padam…walaupun tubuhmu tertutup jilbab dan gaun panjang…namun kamu tidak bisa mempungkiri hatimu….